Jumat 21 May 2010 02:51 WIB

Pembangunan Sanitasi Belum Terintegrasi

Rep: Muhammad Fakhruddin/ Red: Endro Yuwanto
Sebagian sanitasi di Indonesia masih buruk.
Sebagian sanitasi di Indonesia masih buruk.

REPUBLIKA.CO.ID, BUKIT TINGGI--Pembangunan sanitasi di Tanah Air masih sangat tertinggal. Ini bisa dilihat dari masih tingginya angka kejadian diare dan kematian bayi yang disebabkan oleh diare.

Kasubdit Penyehatan Air Direktorat Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Zainal Nampira, mengatakan, perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat Indonesia belum mampu mendukung upaya pencegahan kejadian penyakit.

Sekitar 60 juta penduduk Indonesia tidak memiliki akses sanitasi yang baik dan masih buang air besar (BAB) sembarangan. Setidaknya 14 ribu ton tinja dan 176 ribu meter kubik urine terbuang di badan air per hari. "Ini semua menyumbang terhadap tingginya angka kejadian diare," ujar Zainal, di sela-sela acara City Sanitation Summit VII di Bukittinggi, Kamis (20/5).

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007, lanjut Zainal, 42 persen kematian bayi disebabkan oleh diare, sedangkan 25,2 persen kematian anak berusia 1-4 tahun juga disebabkan oleh diare. "Selain diare, kejadian demam berdarah juga masih tinggi. Ini sangat memprihatinkan," keluh dia.

Kondisi ini diperparah oleh sanitasi kota/kabupaten yang buruk. Selain itu, pembangunan sanitasi masih belum terintegrasi dan melibatkan lintas sektoral.

Karena itu perbaikan tiga unsur sanitasi, yaitu air limbah domestik, persampahan, dan drainase lingkungan menjadi isu utama untuk menurukan angka pesakitan dan kematian yang disebabkan oleh lingkungan. "Ini menjadi tanggung jawab kita bersama," ujar Zainal.

Ketua Aliansi Kota Peduli Sanitasi (AKOPSI), Bambang Priyanto, mengatakan, diperlukan percepatan peningkatan akses maupun kualitas sanitasi di seluruh pelosok Tanah Air. Setiap kabupaten dan kota harus mempunyai rencana stategis pembangunan sanitasi.

Menurut Bambang, diperlukan kemitraan dengan berbagai pihak agar pembangunan sanitasi bisa terintegarasi. Kemitraan yang dibangun dengan menyesuaikan program antar institusi pemerintah, swasta dan masyarakat. "Sehingga biaya yang dikeluarkan bisa lebih hemat," ujar Bambang yang juga Walikota Jambi ini.

Bambang melanjutkan, setiap tahun secara ekonomi Indonesia merugi akibat sanitasi yang buruk. Ini termasuk kerugian aspek kesehatan Rp 29,5 triliun, air Rp 13,3 triliun, lingkungan Rp 0,8 triliun. ''Padahal dengan investasi yang lebih baik di sektor ini dan pembangunannya terintegrasi, negara bisa melakukan penghematan ekonomi sebesar Rp 40 triliun,'' tandasnya.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement