Jumat 14 May 2010 22:15 WIB

Minum Kopi Saat Istirahat, Dorong Pekerja Lebih Produktif

Rep: cr2/ Red: Ririn Sjafriani
Tiga orang rekan kerja menikmati kopi bersama.
Foto: corbis
Tiga orang rekan kerja menikmati kopi bersama.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Jangan pernah anggap sepele menikmati secangkir kopi atau teh sembari berbincang bersama rekan kantor saat menghadapi rutinitas bekerja. Hasil studi menunjukkan, pekerja yang menyempatkan diri menikmati jeda istirahat dengan berbincang atau sekedar menikmati secangkir kopi akan menjadi lebih produktif dari sebelumnya.

Tim riset dari London School of Hygiene and Tropical Medicine mengungkap kafein pada kopi membantu pekerja meningkatkan daya ingat dan konsentrasi mereka. Kesalahan yang semula banyak dilakukan berangsur mulai mengalami perbaikan. Sementara bagi pekerja shift malam memberikan efek berupa daya tahan tubuh dari kantuk.

Peneliti juga mengungkap menikmati kopi bisa meminimalisir risiko kecelakaan terutama pada pekerja shift malam seperti dokter jaga dan jenis pekerjaan lain.

Sebelumnya, peneliti menganalisa hasil 13 riset yang berasal dari berbagai negara yang fokus pada riset tentang pekerja shif dan pengaruhnya terhadap situasi dan kondisi. Setiap partisipan diharuskan menjalani tes yang menguji daya ingat, konsentrasi, penggunaan kata dan alasan mengapa membuat dua kesalahan.

Setelah diberikan tes, peneliti memberikan partisipan kafein dan sejenis obat untuk membandingkan efeknya. Tes-tes tersebut diulangi ketika partisipan meyalakan lampu dan tertidur.

Hasilnya, khusus kelompok yang diberikan kafein memiliki pengaruh positif pada daya ingat, alasan dan konsentrasi ketimbang kelompok yang diberikan obat-obatan. Menurut analisa peneliti, efek yang kurang baik justru dikarena seseorang mengkonsumsi minuman berenergi, pil anti kantuk atau mengkonsumsi makanan yang mengandung kafein tinggi.

Katharine Ker, Pemimpin riset dari the London School of Tropical Medicine in London menjelaskan hasil riset mengungkapkan tidak ada intervensi langsung dari kafein guna menurunkan jumlah kesalahan dan meningkatkan produktivitas pekerja.

"Tampaknya masuk akal untuk mengasumsikan kesalahan berkaitan dengan cedera, walaupun kita tidak dapat mengukur kuantitas pengurangan resiko," tegasnya seperti dikutip dari Telegraph, Kamis (13/5).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement