Rabu 12 May 2010 03:16 WIB

Duh, Tak Ada Lagi Siaran Gratis PD 2010 untuk Korut

REPUBLIKA.CO.ID,SEOUL--Korea Utara (Korut) tidak akan menikmati lagi siaran televisi gratis Piala Dunia 2010 Afrika Selatan akibat ketegangan yang terjadi menyusul tenggelamnya kapal perang Korea Selatan (Korsel) beberapa waktu lalu. Padahal, Korut untuk kali pertama setelah 44 tahun, kembali tampil di putaran final Piala Dunia.

Korut pun berharap bisa mengulangi prestasi menembus babak perempat final seperti di Piala Dunia 1966 di Inggris

Pejabat Korsel di Seoul, Selasa (11/5), memang tidak secara resmi menuduh Korut menenggelamkan kapal perang mereka pada Maret lalu, tapi setidaknya menyatakan keyakinan bahwa Pyongyang secara sengaja menyerang dengan torpedo kapal Cheonan saat terjadi pertikaian di perbatasan.

"Sehubungan dengan aksi provokatif terhadap Korea Selatan, pemerintah berpendapat bahwa Korea Utara harus membayar harga sesuai dengan yang berlaku secara internasional," demikian harian JoongAng Ilbo mengutip pejabat pemerintah Korsel.

Menurut Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA), SBS, pemegang hak siar Piala Dunia, mempunyai hak untuk melakukan siaran di Semenanjung Korea. Tapi, belum diketahui secara pasti apakah Cina bersedia membagi siaran bersama Korut jika Korsel memang benar-benar tak akan memberikan hak siar gratis ke Korut.

Pada Piala Dunia 2006 lalu, Korsel berideologi liberal, memberikan hak siar senilai 132.500 dolar AS kepada Korut secara gratis, termasuk penggunaan satelit.

Kecewakan warga Korut

Keputusan Korsel kali ini untuk menutup siaran langsung Piala Dunia tentu bisa mengecewakan masyarakat dan sekaligus pemerintah Korut. Menurut para pembelot asal Korut, meski sebagian besar masyarakat di utara hidup dalam kemiskinan dibanding saudara mereka di selatan, mereka dipastikan tak ingin ketinggalan berita Piala Dunia 2010, apalagi tim mereka ikut bertanding.

Hubungan antara kedua negara Korea tersebut secara teknis sebenarnya masih dalam kondisi 'perang' dan ketegangan akhir-akhir ini semakin meningkat sejak Lee Myung-bak tampil sebagai presiden Korsel pada 2008.

Myung-bak memutuskan untuk memotong bantuan kepada negara tetangga tersebut sehingga pihak Pyongyang kemudian menuduh Myung-bak sengaja menghancurkan peluang untuk berdamai.

sumber : Antara

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement