Selasa 11 May 2010 18:24 WIB

Kontrak Operator PAM Jaya Diusulkan Diputus

JAKARTA--DPRD DKI Jakarta mendesak Pemprov DKI untuk memutus kontrak operator Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya yaitu PT Aetra Air Jakarta dan PT Pam Lyonnaise Jaya (Palyja), karena kinerja mereka dinilai buruk.

Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Lulung Lunggana, menilai, kedua operator tersebut gagal mengatasi krisis air bersih yang terjadi di Jakarta dalam waktu cepat, sehingga merugikan masyarakat. Karena itu, sebaiknya perjanjian kerja sama (PKS) dengan PAM Jaya sejak 1998 diputus.  "Apalagi, sejak PKS ditandatangani hingga saat ini banyak poin perjanjian yang tertuang dalam PKS tidak ditepati oleh kedua operator," kata Lulung di Jakarta, Senin.

Salah satu poin di PKS yang disebut Lulung tidak ditepati adalah kedua operator menjanjikan air PAM yang diterima masyarakat sudah bersih dan layak minum langsung dari kran yang disediakan di tempat umum seperti di Singapura dan Malaysia. "Faktanya sekarang ternyata berbeda. Jangankan langsung minum dari kran, untuk memasak saja tidak layak. Akibat kotor bewarna cokelat terkadang hitam dan ada cacing," katanya.

Lebih lanjut, Lulung memberi nilai merah bagi pelayanan kedua operator, terlebih lagi karena kedua operator itu tidak pernah memberi kontribusi ke PAD (Pendapatan Asli Daerah).  "Padahal, mereka gak keluar modal sedikit pun, hanya mengelola aset PAM Jaya dari perangkat lunak dan perangkat keras, seperti jaringan pipa, armada operasional, kantor, Instalasi Pengolahan Air (IPA), dan konsumen," katanya.

Selain itu, utang modal usaha PAM Jaya ke Departemen Keuangan yang besarnya ratusan miliar rupiah yang seharusnya dilunasi oleh operator dengan mencicil, juga tidak dilunasi. "Tetapi hingga sekarang belum dilunasi dan kontribusi ke PAD juga nihil. Lalu ada manfaat bagi masyarakat Jakarta atas kerja sama itu?" ujarnya.

Presiden Direktur PT Aetra Air Jakarta, Syahril Japarin, menolak penilaian buruk terhadap perusahaannya, dan menyatakan bahwa air yang diproduksi Aetra sudah layak minum.  "Tidak ada itu cacing. Bahkan kuman sudah mati oleh desinfektan," katanya.

Menurut Syahril, apabila air yang diterima pelanggan ternyata mengandung cacing dan berbau, hal itu di luar tanggungjawabnya karena ia menduga kualitas air yang sampai ke konsumen menjadi jelek lantaran jaringan pipa dari PDAM Jaya usianya sudah tua.  "Ini juga diperparah oleh penyedotan air oleh pelanggan yang mengakibatkan kebococoran," ujarnya.

Syahril juga mengaku telah memberikan kontribusi bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berupa penambahan jaringan pipa sepanjang 1.000 kilometer.  "Jadi tidak benar kalau kita tidak memberikan kontribusi dan pelayanan kepada masyarakat. Berilah kami waktu untuk meningkatkan pelayanan ini," ujarnya.

sumber : ant
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement