Jumat 02 Apr 2010 04:12 WIB

Awal 2010, 35 Balita di Jaksel Menderita Kasus Gizi Buruk

Rep: Soraya Bunga Larasati / Red: Endro Yuwanto

JAKARTA--Tak hanya di daerah-daerah minus yang jauh dari sentuhan pembangunan, bayi-bayi di kota metropolitan seperti Jakarta pun tak luput dari ancaman gizi buruk. Suku Dinas (Sudin) Kesehatan Jakarta Selatan (Jaksel) mencatat, dari Januari hingga Februari 2010, sebanyak 35 kasus gizi buruk terjadi di wilayah Jaksel.

Dari 35 kasus tersebut, sebanyak 27 kasus terjadi di sepanjang bulan Januari. Delapan sisanya terjadi di bulan Februari. Jumlah ini kemungkinan sudah semakin bertambah, mengnigat saat ini tahun 2010 sudah memasuki bulan April.

Dari 10 kecamatan di Jaksel, angka tertinggi kasus gizi buruk ini berada di Kecamatan Jagakarsa dengan tujuh kasus, Kecamatan Tebet dengan lima kasus, Kecamatan Setibudi dengan lima kasus, dan Kecamatan Pasar Minggu tercatat empat kasus. Selanjutnya Kecamatan Pancoran dengan tiga kasus, Kecamatan Kebayoran Baru dua kasus, dan Kecamatan Mampang Prapatan satu kasus. Namun kasus gizi buruk tidak ditemukan di tiga kecamatan, yakni, Kecamatan Kebayoran Lama, Pesanggrahan, dan Cilandak.

Sudin kesehatan Jaksel mengklaim, kasus gizi buruk di wilayahnya ini disebabkan, kurangnya kesadaran para ibu untuk membawa bayinya ke posyandu. Selain itu, menurut Kepala Seksi Kesehatan Masyarakat Suku Dinas Kesehatan Jaksel, Dyah Ekawati, sebagian besar balita yang menderita gizi buruk juga disebabkan faktor penyakit, seperti TBC dan Infeksi Saluran Pernafasan akut (ISPA).

Kedua penyakit pernafasan ini memang berimbas pada penyerapan gizi pada balita, membuat berat badan tidak seimbang, balita menjadi kurus dengan tinggi dan bobot yang tidak seimbang.

''Rendahnya kesadaran masyarakat untuk membawa balitanya mengikuti pelayanan kesehatan di posyandu juga menjadi penyebabnya,'' ujar Dyah. Padahal, pelayanan posyandu yang dibuka satu kali dalam sebulan tersebut juga menyediakan dokter dari puskesmas agar masyarakat bisa berkonsultasi tentang pemberian gizi yang baik untuk balita.

''Masyarakat sendiri banyak yang malas untuk datang ke posyandu, sehingga pihak dokter sulit mengidentifikasi gizi yang diberikan kepada balita. Selain itu, kalau sering ke posyandu, balita yang mengalami gizi buruk bisa langsung kita rujuk ke puskesmas untuk perawatan lebih lanjut,” papar Dyah.

Sudin Kesehatan Jaksel juga tidak berhenti mengimbau kepada para ibu untuk rajin memeriksakan keadaan bayi, bahkan sejak saat hamil dan setelah melahirkan. Sehingga pekembangan janin dan balita dapat terpantau dengan baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement