Rabu 31 Mar 2010 03:49 WIB

Kurang Serat, Faktor Pemicu Kanker Saluran Cerna

Rep: cr2/ Red: Ririn Sjafriani
Sayur dan buah merupakan sumber serat yang baik. Konsumsi secukupnya setiap hari.
Foto: corbis
Sayur dan buah merupakan sumber serat yang baik. Konsumsi secukupnya setiap hari.

JAKARTA--Mengonsumsi soto babat, daging empal, atau jeroan tanpa disertai sayuran dan buah-buahan atau makanan berserat, tidak hanya sekedar membuat tubuh makin melar. Namun, hal itu juga bisa mengundang risiko mengidap kanker saluran cerna (kolorektal).

Kanker kolorektal adalah kanker yang tumbuh di daerah usus besar (kolon) dan anus (rektum). Kanker ini merupakan jenis kanker yang paling dipengaruhi oleh gaya hidup, seperti asupan makanan yang tinggi lemak dan protein serta rendah serat.

Menurut data WHO, diperkirakan 700.00 ribu orang meninggal karena kanker kolorektal setiap tahunnya. Ini berarti 2.000 orang meninggal setiap harinya. Di Amerika dan Eropa, kanker kolorektal lebih banyak diderita orang lanjut usia.Di Indonesia, data terakhir menyebutkan 30% dari penduduk berusia dibawah 40 tahun terkena kanker kolorektal.

"Biasanya alasan pasien saat ditanya mengapa minim mengkonsumsi makanan berserat antara lain karena malas dan mahal," tukas Dr dr Andhika Rachman, SpPD kepada republika online, usai acara seminar Penatalaksanaan Kanker Kolorektal di Indonesia yang berlangsung di RS Kanker Dharmais, Jakarta, Senin (29/3).

Ia berpendapat, di kota besar yang membuat banyak orang sulit menyesuaikan gaya hidup sehat. Kurang berolahraga, sering mengonsumsi makanan cepat saji yang tidak mengandung serat, memiliki bobot tubuh berlebih (obesitas), dan kebiasaan merokok menjadi pemicu. Oleh karena itu, kanker jenis ini kini banyak menjangkit usia muda.

"Sebenarnya cara mencegah kanker jenis ini begitu mudah. Individu hanya perlu menjalani gaya hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan yang sehat,  menjalani aktivitas sehat dan berpola pikir sehat," tukasnya.

Selain gaya hidup, paparnya, kanker kolorektal merupakan jenis kanker yang paling dipengaruhi oleh lingkungan. Data tahun 2008 menyebutkan, 85% pasien kanker kolarektal di Indonesia ketika sehat dipengaruhi lingkungan untuk menjalani gaya hidup yang jauh dari sehat. "Harus diakui, godaan lingkungan sangat berat," ujarnya.

Kendati demikian, bukan berarti seseorang harus mengikuti lingkungan. Dengan hidup disiplin dan tahan terhadap beragam macam ajakan, individu tidak akan terjerumus dalam gaya hidup yang jauh dari kesan sehat.

Ketahui Gejalanya

Tingginya penderita kanker ditenggarai minimnya kesadaran individu melihat gejala-gejala awalnya. Memang harus diakui, ragam gejala yang ada mirip dengan gejala penyakit biasa. Pada kanker kolorektal misalnya, tanda-tanda itu bisa dilihat dari kebiasaan buang air besar yang tidak normal.

Ketika diare, sebagian dari anda mungkin melihat efek dari salah makan sehingga cukup diobati dengan obat pencahar saja. Begitupula dengan feses yang berdarah, sering kali dianggap diare biasa atau infeksi biasa.

"Gejala-gejala kanker kolorektal pada stadium dini sering diabaikan. Sehingga bila si pasien sudah merasa sakit dan dibawa ke rumah sakit, kanker kolorektal sudah mencapai stadium lanjut yang sulit untuk disembuhkan," jelas dr. Andhika.

Kanker kolorektal berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau disebut adenoma, yang pada awalnya membentuk polip. Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah.

Namun, seringkali adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama, dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar.

Selain itu, gejala-gejala lainnya seperti pendarahan pada usus besar, ditandai dengan ditemukannya darah pada feses saat buang air besar, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, rasa sakit di perut atau bagian belakang, perut masih terasa penuh meskipun sudah buang air besar dan anermia serta tampak pucat.

"Sebaiknya Anda perhatikan kondisi feses setiap kali buang air besar, karena hal ini dapat mendeteksi dini adanya gejala kanker kolorektal," pungkasnya. (cr2)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement