Selasa 30 Mar 2010 21:53 WIB

Awas, Makanan Kalori Tinggi Bisa Bikin Ketagihan

Rep: cr2/ Red: Ririn Sjafriani
Makanan siap saji seperti burger dan kentang goreng merupakan salah satu contoh makanan berkalori tinggi.
Foto: corbis
Makanan siap saji seperti burger dan kentang goreng merupakan salah satu contoh makanan berkalori tinggi.

Seringkali terdengar keluhan dari orang-orang yang mengalami obesitas, berusaha untuk makan lebih sedikit. Namun mereka seakan-akan tidak bisa menahan godaan dari makanan favorit yang berkalori tinggi seperti junk food alias makanan siap saji. Penelitian terbaru kemungkinan bisa menjelaskan hal tersebut.

Para peneliti mengungkap, ketagihan makanan dengan kalori tinggi dapat diibaratkan mengonsumsi kokain atau nikotin. Artinya, efek ketagihan membuat selera makan kian meninggi dan berujung pada obesitas.

Hasil riset yang dipublikasikan Jurnal nature Neuroscience menyebutkan tingginya kalori pada makanan yang dikonsumsi menyebabkan adanya respon otak pada tikus untuk kembali mengunyah dan terus mengunyah. Hasil riset itu juga mengungkapkan adanya penurunan dopamin pada otak tikus.

Dopamin adalah salah satu sel kimia dalam otak (hipotelamus) berbagai jenis hewan vertebrata dan invertebrata, sejenis neurotransmiter yaitu zat yang menyampaikan pesan dari satu syaraf ke syaraf yang lain, yang merupakan perantara bagi biosintesis hormon adrenalin dan noradrenalin. Produksi  dopamin yang berlebihan dapat menyebabkan skizofrenia dan bila kekurangan dapat menyebabkan penyakit parkinson.

Kandungan dopamin juga mengakibatkan  adanya "perasaan ketagihan", bentuk yang sama dirasakan pemadat atau pengguna obat-obatan terlarang ketika sakau atau ketagihan.

"Obesitas bisa jadi sejenis ketagihan makan. Penanganan kecanduan obat-obatan pada pasien yang terjerat narkoba bisa dimanfaatkan untuk keperluan penanganan obesitas," tegas peneliti Paul Kenny dari The Scripps Research Institute, Florida seperti dikutip dari Reuters, Senin (29/3).

Sebelumnya, peneliti berbelanja makanan seperti Dingdongs, kue keju, bacon, sosis dan makanan lain yang sering dinikmati masyarakat. Selain itu, mereka juga membeli makanan sehat dan membuat semacam rencana diet sehat bagi tikus. Berdasarkan jenis makanan yang dibelanjakan, peneliti membagi tikus-tikus ini menjadi tiga kelompok.

Grup pertama adalah sekumpulan tikus yang mengkonsumsi makanan sehat. Grup kedua, sekumpulan tikus yang diberikan makanan sehat namun juga diberikan akses terhadap makanan tinggi kalori dan grup ketiga sekumpulan tikus yang diberikan sedikit makanan sehat dan akses tak terbatas terhadap makanan tinggi kalori. Hasilnya, grup ketiga merupakan kelompok yang paling cepat gemuk dan terkena obesitas.

Pada tes selanjutnya, peneliti memberikan semajam efek kejut berupa lampu pada masing-masing grup. Anehnya, pada grup ketiga sekalipun diberikan efek kejut berupa lampu mati mereka tidak merespon itu dan tetap menuju makanan.

"Apa yang kami lihat pada tikus begitu mirip dengan apa yang biasa manusia lakukan. Awalnya memang tidak apa-apa, tapi ketika semua menjadi berlebihan tentu akan datang masalah," ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, obesitas merupakan persoalan serius yang menimpa AS. Pemerintah AS menurut US federal Agencies menghabiskan total dana sebesar 150 milyar AS guna mengatasi persoalan obesitas di negara itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement