Kamis 13 Jul 2023 06:14 WIB

Penyebab Elektabilitas Prabowo Teratas Selama 7 Bulan Terakhir

Berdasarkan survei terbaru LSI, elektabilitas Prabowo Subianto dalam tren menguat.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto saat memberikan keterangan pers usai bertemu Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (10/7/2023).
Foto: Republika/Dessy Suciati Saputri
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto saat memberikan keterangan pers usai bertemu Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (10/7/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Wahyu Suryana

Berdasarkan survei terbaru Lembaga Survei Indonesia (LSI), elektabilitas Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dalam tren menanjak dan berada di atas puncak survei bakal calon presiden (capres) 2024. Elektabilitas Prabowo mengungguli Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan selama enam bulan terakhir.

Baca Juga

Pada Januari 2023, elektabilitas Prabowo berada di angka 23,2 persen, sementara Ganjar dengan elektabilitas 36,3 persen dan Anies 24,2 persen. Namun kini, menurut Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan, elektabilitas Prabowo melesat stabil tujuh bulan terakhir.

Prabowo saat ini berada di posisi pertama dengan hasil perolehan suara 35,8 persen, disusul Ganjar 32,2 persen dan Anies 21,4 persen. Ada tren penguatan dukungan ke Prabowo secara konsisten sejak Januari.

"Jadi, selama tujuh bulan terakhir Prabowo mengalami penguatan," kata Djayadi melalui rilis yang diterima Republika, Selasa (11/7/2023).

Menurut Djayadi, dukungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke bakal capres tertentu sangat penting dalam konteks elektoral menuju Pilpres 2023. Alasannya, Jokowi sampai saat ini masih memelihara dan memiliki barisan pendukung yang terkonsolidasi.

Djayadi menerangkan, di negara-negara besar seperti AS ini dikenal dengan going public strategy. Artinya, ia menjelaskan, Presiden Jokowi tidak cuma memiliki kekuatan politik di parlemen, tapi bisa memiliki kekuatan bersifat tidak langsung dari publik.

"Itu yang membuat endorsement beliau menjadi penting dan berpengaruh," kata Djayadi, Rabu (12/7/2023).

Djayadi melihat, sampai Oktober 2022, Jokowi dipersepsikan masyarakat terasosiasi dengan Ganjar. Tetapi, sejak saat itu sampai sekarang, Jokowi sengaja atau tidak sengaja terlihat memiliki hubungan yang kuat dengan Prabowo.

"Bahkan, beberapa kali meng-endorse Pak Prabowo," ujar Djayadi.

Misalnya, dalam salah satu pidato di acara partai politik, Jokowi menyatakan, "Mungkin ini gilirannya Prabowo". Lalu, gestur-gestur Jokowi tampak seolah mendukung bukan cuma Ganjar, tapi mendukung Prabowo.

Jadi, selama tujuh bulan terakhir, Djayadi melanjutkan, Jokowi dipersepsikan publik seolah memberikan dukungan kepada dua capres, yaitu Ganjar dan Prabowo. Akibatnya, sinyal sinyal itu tertangkap publik dan diartikan mereka memiliki dua pilihan.

"Pilihan sebagai pendukung Jokowi untuk memilih apakah ke Ganjar atau ke Pak Prabowo," kata Djayadi. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement