Senin 22 May 2023 16:33 WIB

Saatnya Bersaing di Level Asia

Medali emas SEA Games 2023 melukiskan keberhasilan timnas melewati rintangan berat.

Para pesepak bola timnas Indonesia U-22 berselebrasi bersama suporter usai menundukkan Thailand pada pertandingan final SEA Games 2023 di National Olympic Stadium, Phnom Penh, Kamboja, Selasa (16/5/2023). Indonesia berhasil meraih medali emas usai mengalahkan Thailand 5-2.
Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Para pesepak bola timnas Indonesia U-22 berselebrasi bersama suporter usai menundukkan Thailand pada pertandingan final SEA Games 2023 di National Olympic Stadium, Phnom Penh, Kamboja, Selasa (16/5/2023). Indonesia berhasil meraih medali emas usai mengalahkan Thailand 5-2.

Oleh : Endro Yuwanto/Jurnalis Republika

REPUBLIKA.CO.ID, Prestasi sepak bola Indonesia mungkin tak secemerlang cabang-cabang olahraga lain, tapi sepak bola tetap cabang olahraga yang paling populer di negeri ini dan paling bisa merekatkan siapa pun. Lihat saja euforia warga Indonesia kala timnas Indonesia U-22 meraih medali emas SEA Games 2023 Kamboja pada pekan lalu.

Namun demikian, realitas ini belum begitu diimbangi oleh pencapaian timnas dan klub di level-level tinggi. Di level SEA Games, Indonesia baru tiga kali menyabet medali emas sepak bola pada 1987, 1991, dan 2023. Tahun ini, jumlah emas bertambah setelah dalam final melawan musuh bebuyutan Thailand pada 16 Mei 2023, Indonesia memenangi laga dramatis, 5-2.

Baca Juga

Dalam level setara, status juara masih terlalu sulit untuk digapai, termasuk gelaran sepak bola Asia Tenggara lainnya, Piala AFF. Kendati sudah enam kali masuk final, skuad Garuda tak kunjung bisa mengangkat trofi.

Di level yang lebih tinggi, yakni Asian Games, timnas Indonesia akan kembali bertarung di Asian Games 2023 Cina akan berlangsung pada 23 September 2023 hingga 8 Oktober 2023. Skuad Merah Putih pernah meraih medali perunggu Asian Games 1958, selain semifinalis Asian Games 1954 dan 1986. Bahkan Indonesia pernah mencapai perempat final sepak bola putra Olimpiade Stockholm 1956. Namun jadwal Asian Games tahun ini hampir bersamaan dengan agenda kualifikasi Piala Dunia 2026 yang akan dilakoni timnas Indonesia.

Selain Asian Games, timnas Indonesia juga akan berlaga di level Asia lainnya, yakni Piala Asia. Indonesia empat kali terhenti dalam fase grup dari empat putaran final Piala Asia pernah diikuti.

Oleh karena itu, dalam situasi seperti itu di mana prestasi tinggi sudah lama tak bisa dicapai, medali emas SEA Games 2023 di Kamboja pekan lalu adalah oasis yang tak saja memuaskan dahaga trofi, tapi juga menguakkan optimisme bahwa Indonesia bisa menjadi yang teratas.

Emas SEA Games 2023 juga bisa menjadi pendorong semangat untuk mencetak prestasi-prestasi lebih baik lainnya di berbagai arena. Sukses di Kamboja juga seperti pengobat kekecewaan karena Indonesia urung menyelenggarakan Piala Dunia U-20 yang tadinya bisa mengabarkan wajah sepak bola Indonesia kepada dunia.

Akan tetapi tak apa, masih ada Piala Asia 2023 yang digelar di Qatar pada 12 Januari hingga 10 Februari 2024. Dalam turnamen ini, Indonesia masuk Grup D bersama Jepang, Irak, dan Vietnam.

Memang perjalanan di Piala Asia 2023 nanti tak akan mudah. Namun medali emas SEA Games 2023 yang juga melukiskan keberhasilan melewati rintangan berat dari 32 tahun tanpa medali emas, bisa menjadi energi pendorong yang membuat siapa pun dalam timnas percaya bisa mengalahkan tim mana pun dalam turnamen apa pun.

Mungkin terlalu muluk jika harus memasang target juara, tapi setidaknya Indonesia bisa membuat sejarah baru dalam Piala Asia. Sepanjang empat kali mengikuti putaran final Piala Asia pada 1996, 2000, 2004, dan 2007, catatan Indonesia juga tak terlalu meyakinkan. Dari total 12 pertandingan, delapan di antaranya berakhir dengan kekalahan, sedangkan sisanya masing-masing dua kali berakhir imbang dan dua kali menang.

Piala Asia 1996 mungkin pencapaian paling fenomenal timnas Indonesia sejauh ini. Pada putaran final Piala Asia 1996 di Uni Emirat Arab (UEA), timnas Indonesia besutan Danurwindo berada di Grup A bersama tuan rumah UEA, Kuwait, dan Korea Selatan (Korsel). Sekilas terlihat itu grup 'neraka'. Tentu sangat sulit bagi Indonesia untuk melaju dari fase grup para raksasa Asia itu.

Tapi Piala Asia 1996 justru menjadi salah satu kenangan terindah bagi pecinta sepak bola di Tanah Air. Ini tak lain berkat aksi Widodo C Putro yang berada di usia emas pesepak bola, 26 tahun.

Kala itu, Indonesia menghadapi Kuwait di laga perdana di Abu Dhabi, UEA. Sekitar 20 menit pertama laga berlangsung, skor kacamata pecah melalui gol spektakuler Widodo. Striker mungil itu sebenarnya berada di posisi sulit karena bola lambung hasil umpan silang Ronny Wabia dari sisi kanan lapangan jatuh di belakang Widodo. Dengan insting mencetak golnya yang tinggi dan naluri yang jelas sudah terasah, Widodo membalikkan badan membelakangi gawang dan menyambar bola dengan tendangan salto.

Bola meluncur deras dan tak mampu dijangkau kiper Kuwait. Gol spektakuler itu disambut lompatan kegembiraan suporter Indonesia dan juga diapresiasi para suporter lawan. Gol salto Widodo pun membangkitkan kepercayaan diri karena Indonesia sempat unggul 2-0 dari gol tambahan Ronny, sebelum akhirnya Kuwait membalasnya hingga skor berakhir 2-2.

Pada akhirnya Indonesia memang gagal melaju ke fase selanjutnya karena kalah 2-4 dari Korsel dan 0-2 dari UEA. Namun, gol Widodo tetap dikenang sebagai gol terbaik Piala Asia 1996. Kala itu, kiprah Indonesia di level Asia pun kembali terlihat gagah.

Sejak penampilan impresif melawan Kuwait, timnas Indonesia pun rutin tampil di putaran final Piala Asia, yakni pada tahun 1996 sampai 2007. Urutannya, 1996, 2000, 2004, dan 2007. Namun, sayangnya dalam tiga edisi terakhir, yakni pada 2011, 2015, dan 2019, tim Merah-Putih sudah tidak pernah lolos lagi.

Meskipun demikian, pada Piala Asia yang terakhir kali diikuti Indonesia pada 2007, skuad Garuda berhasil menghindarkan diri dari predikat sarang gol. Saat itu, Indonesia yang bersama Malaysia, Vietnam, dan Thailand menjadi tuan rumah Piala Asia 2007, mampu mencetak tiga gol dan "hanya" kebobolan empat kali. Indonesia bertanding pantang menyerah sampai bisa merepotkan dua raksasa Asia, yakni Arab Saudi dan Korea Selatan, sehingga masing-masing hanya bisa menang 2-1 dan 1-0. Indonesia juga berhasil membalas kekalahan dari Bahrain pada Piala Asia edisi sebelumnya pada 2004.

Memang sejak tahun 2007 itu, Indonesia absen dari Piala Asia dan baru 16 tahun kemudian meloloskan diri ke turnamen ini, tetapi ada alasan untuk optimistis bahwa Indonesia kali ini bisa lebih baik.

Salah satu alasannya adalah sukses menyingkirkan belenggu tiga dekade lebih tanpa medali emas sepak bola SEA Games yang juga pencapaian tertinggi pertama dalam kurun waktu itu, dengan merebut medali emas SEA Games 2023. Jika sukses di Kamboja ini juga menjalar di Piala Asia 2023, maka tentu saja akan membuat masyarakat sepak bola tanah air kian berbangga.

Alasan lainnya yang mungkin bisa disebut adalah posisi Indonesia dalam peringkat FIFA yang perlahan naik. Hingga 19 Mei 2023, Indonesia berada pada peringkat 149 dunia, meskipun masih di bawah Vietnam, Thailand, Filipina, dan Malaysia.

Namun demikian, untuk sementara ini, seperti sudah disinggung oleh Ketua Umum PSSI Erick Thohir, mari curahkan energi dan fokus kepada Asian Games 2023 dan Piala Asia 2023 agar sukses seperti yang dicapai di Kamboja berkesinambungan dan tak dianggap kebetulan.

sumber : Antara/Wikipedia
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement