Ahad 18 Dec 2022 13:48 WIB

Siapa pun Juara Piala Dunia 2022, Warga Arab Patut Berbangga

Argentina dan Prancis hanya kalah dari negara Arab dalam perjalanan ke final.

Rep: Fitriyanto/ Red: Israr Itah
Dari kiri, Jordan Veretout, Kylian Mbappe, Marcus Thuram, Ousmane Dembele, Jules Kounde, dan Eduardo Camavinga dari Prancis tersenyum saat sesi latihan di stadion Jassim Bin Hamad di Doha, Qatar, Jumat, 16 Desember 2022. Prancis akan melawan Argentina saat pertandingan sepak bola final Piala Dunia pada 18 Desember.
Foto: AP/Christophe Ena
Dari kiri, Jordan Veretout, Kylian Mbappe, Marcus Thuram, Ousmane Dembele, Jules Kounde, dan Eduardo Camavinga dari Prancis tersenyum saat sesi latihan di stadion Jassim Bin Hamad di Doha, Qatar, Jumat, 16 Desember 2022. Prancis akan melawan Argentina saat pertandingan sepak bola final Piala Dunia pada 18 Desember.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Belum diketahui apakah Lionel Messi dari Argentina akan mencapai impian yang telah lama ditunggu-tunggu, ataukah Kylian Mbappe dari Prancis yang akan memenangi Piala Dunia keduanya sebelum berusia 24 tahun.

Namun, terlepas dari hasil final Piala Dunia 2022 pada Ahad (18/12/2022) di Stadion Lusail, Qatar, orang Arab dapat merayakan hasil terbaik mereka dalam sejarah Piala Dunia. Sebab, dua tim Arab berhasil mengalahkan juara dunia dan runner-up 2022.

Baca Juga

Maroko melampaui semua harapan dan menjadi tim Arab dan Afrika pertama yang mencapai semifinal Piala Dunia setelah tiga kali menang dan mengalahkan raksasa Belgia, Spanyol dan Portugal, sebelum tersandung melawan juara bertahan Prancis.

Kelanjutan dongeng Maroko berakhir pada hari Sabtu, dengan kekalahan 2-1 dari Kroasia di perebutan tempat ketiga.

"Jika seseorang mengatakan kepada saya sebelum turnamen bahwa kami akan memainkan tujuh pertandingan di Qatar, kami akan senang," kata pelatih Maroko Walid Reragui kepada BeIN Sports.

"Semua orang Maroko, Afrika, dan Arab telah melihat bagaimana tim ini berjuang dan ingin membuat negaranya bahagia. Kami akan mencoba untuk kembali setelah empat tahun," tambah pelatih berusia 47 tahun itu, yang baru bertugas pada Agustus.

Maroko mengalahkan peringkat kedua Belgia, mengejutkan juara 2010 Spanyol dalam adu penalti di babak 16 besar, dan melanjutkan laju impresif mereka dengan kemenangan 1-0 melawan juara Eropa 2016 Portugal.

Namun hasil positif tidak terbatas pada Atlas Lions. Meskipun Maroko adalah satu-satunya negara Arab yang lolos dari babak penyisihan grup, bahkan tersingkirnya Arab Saudi dan Tunisia terjadi setelah dua kemenangan mengejutkan.

Pengecualiannya adalah Qatar, yang menjadi negara tuan rumah kedua yang tersingkir dari putaran pertama setelah Afrika Selatan pada 2010.

Arab Saudi mencapai salah satu kejutan terbesar dalam sejarah Piala Dunia, ketika mereka bangkit dari ketertinggalan untuk menang 2-1 melawan Argentina, yang memimpin melalui penalti Messi.

Adapun Tunisia, mereka mengalahkan Prancis, meskipun tim Eropa memiliki susunan pemain yang diubah dengan Mbappe hanya masuk sebagai pemain pengganti.

"Kemenangan tim nasional Tunisia atas Prancis akan tercatat dalam buku sejarah," kata Khalil Belhaj, seorang pendukung Tunisia berusia 41 tahun.

"Namun, kemenangan Tunisia atas Prancis tetap merupakan kemenangan moral melawan tim yang mengamankan kualifikasi dan bermain dengan tim cadangan." 

Sebelum putaran final turnamen Qatar, tim-tim Arab telah memenangkan 10 dari 73 pertandingan, melalui delapan tim yang berbeda, sementara kali ini mereka meraih setengah dari angka itu, lima kemenangan dalam 16 pertandingan.

Arab mencapai hasil terbaik mereka sebelumnya ketika Tunisia mengalahkan Meksiko 3-1 pada 1978, Aljazair mengejutkan Jerman Barat 2-1 pada 1982, Maroko mengalahkan Portugal 3-1 pada 1986, dan Arab Saudi mengalahkan Belgia 1-0 pada 1994.

Bersama Maroko, tim-tim Arab mendapat dukungan luar biasa di Piala Dunia pertama di Timur Tengah. Butuh empat tahun lagi untuk melihat apakah tim Arab dapat mencapai hasil yang serupa, tetapi mungkin setelah keputusan FIFA untuk meningkatkan jumlah tim yang berpartisipasi dari 32 menjadi 48, mereka akan memiliki peluang yang lebih baik ketika Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko menjadi tuan rumah berikutnya dalam waktu empat tahun ke depan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement