Jumat 02 Dec 2022 05:10 WIB

Pria Iran Ditembak Mati Karena Rayakan Kekalahan Negaranya di Piala Dunia

Kekalahan Iran dirayakan oleh warganya sendiri.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Muhammad Hafil
 Pria Iran Ditembak Mati Karena Rayakan Kekalahan Negaranya di Piala Dunia. Foto: Ilustrasi penembakan
Foto: Republika
Pria Iran Ditembak Mati Karena Rayakan Kekalahan Negaranya di Piala Dunia. Foto: Ilustrasi penembakan

REPUBLIKA.CO.ID,TEHERAN–Seorang pria di Iran Utara ditembak mati oleh pasukan keamanan saat merayakan kekalahan tim sepak bola nasional Iran melawan AS di Piala Dunia. Kejadian itu dijelaskan kelompok Hak Asasi Manusia (HAM), Rabu (30/11/2022).

Korban bernama Mehran Samak (27 tahun) tewas setelah ditembak di kepala oleh pasukan keamanan saat menghadiri pertemuan untuk merayakan kekalahan Iran. Menurut kelompok HAM, Iran Hak Asasi Manusia (IHR) yang berbasis di Oslo, insiden itu terjadi saat Iran tersingkir dari Piala Dunia di kota Bandar Anzali.
 
Seorang pejabat kehakiman Iran pada hari Kamis mengkonfirmasi kematian Samak, dengan mengatakan dia meninggal setelah ditembak oleh birdshot setelah pertandingan AS-Iran.
 
"Segera setelah kejadian mencurigakan ini terjadi, kasus pengadilan diajukan untuk menangani masalah ini dan jaksa Bandar Anzali menangani kasus tersebut," kata kantor berita semi-resmi ISNA mengutip pejabat tersebut dilansir dari Al Arabiya, Kamis (1/12/2022).
 
AS mengalahkan Iran 1-0 pada hari Selasa dan maju ke babak sistem gugur dengan mengorbankan Iran yang tersingkir dari kompetisi. Warga Iran turun ke jalan di beberapa kota Rabu pagi untuk merayakan kekalahan tim Iran, video yang beredar di media sosial menunjukkan.
 
Banyak orang Iran menentang tim sepak bola nasional mereka di tengah protes yang sedang berlangsung di negara itu. Mereka melihat tim tersebut lebih mewakili rezim daripada rakyat Iran.
 
Beberapa orang di Iran juga merayakan kekalahan Iran 6-2 dalam pertandingan pembukaan Piala Dunia melawan Inggris, posting di media sosial menunjukkan.
 
Protes telah melanda Iran sejak 16 September ketika wanita Kurdi Iran berusia 22 tahun Mahsa Amini meninggal tiga hari setelah pingsan dalam tahanan polisi.

Baca Juga

Demonstran menyerukan perubahan rezim dalam protes yang telah menjadi salah satu tantangan paling berani bagi Republik Islam sejak didirikan pada 1979.

 
Sedikitnya 448 orang, termasuk 60 anak-anak dan 29 wanita, telah dibunuh oleh pasukan keamanan dalam protes tersebut, menurut IHR. 
 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement