Ahad 13 Nov 2022 05:03 WIB

Peran Ayah dalam Keluarga, Penting tetapi Sering Dilupakan

Ayah sangat bisa menjadi role model dalam pembentukan keluarga

Rep: Desy Susilawati/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi Ayah dan Anak. Ayah sangat bisa menjadi role model dalam pembentukan keluarga, karena pembentukan keluarga bukan hanya dari pola makan, atau bersama dengan ibu supaya lebih dekat.
Foto: MGROL100
Ilustrasi Ayah dan Anak. Ayah sangat bisa menjadi role model dalam pembentukan keluarga, karena pembentukan keluarga bukan hanya dari pola makan, atau bersama dengan ibu supaya lebih dekat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seringkali, kita mendengar bahwa ibu adalah yang paling memahami dan paling peduli terhadap kesehatan keluarga karena biasanya ibu paling banyak menghabiskan waktu di rumah. Namun, seiring berjalannya waktu, makin banyak ibu yang bekerja, maka pemahaman tersebut juga bergeser. Kini, sudah banyak juga ayah yang memberi perhatian terhadap kesehatan untuk keluarganya.

Saat ini, banyak juga ayah yang bekerja dari rumah dan memperhatikan keluarganya, sehingga bisa dikatakan bahwa peran ayah dan ibu kini seimbang. Terutama bagi mereka yang termasuk dalam kelompok usia produktif.

Sebagai tulang punggung keluarga, mereka juga menjadi penggerak ekonomi sekaligus orang tua yang melahirkan generasi penerus bangsa yang sehat dan cerdas. “Ayah sangat bisa menjadi role model dalam pembentukan keluarga, karena pembentukan keluarga bukan hanya dari pola makan, atau bersama dengan ibu supaya lebih dekat," ujar ujar Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, drg Kartini Rustandi, MKes, dalam keterangan pers yang diterima Republika, Sabtu (12/11/2022).

Misalnya, ketika di rumah ayah suka mengonsumsi makanan yang tidak sehat, maka anak pasti ikutan. Biasanya anak juga ingin mengikuti profesi atau pekerjaan yang dilakoni oleh ayahnya.

"Sebetulnya pola-pola seperti ini juga bisa menjadi bagian dari pendidikan dan bisa dikaitkan dengan kesehatan, begitu juga kalau ayah dan ibu sangat peduli pada kesehatan apalagi pascapandemi, terutama kesehatan anaknya,” tambahnya.

Kartini melanjutkan, hal tersebut juga menjadi bagian dari peran ayah karena secara kedekatan ayah juga harus terlibat dalam mengasuh anak. Saat ini sudah banyak ayah dan ibu yang memutuskan mengasuh anak berdua, berbagi peran, dan tidak pakai pengasuh. Ini tentu akan berpengaruh pada pendidikan anak. Kalau ayahnya suka berolahraga, maka anaknya akan mengikuti, sehingga ayah dan ibu harus memiliki peran yang sama.

“Kesetaraan gender bukan hanya ayah dan ibu sama-sama bekerja, tapi bagaimana keduanya saling memperhatikan," ujarnya.

Peran ayah sangat penting, terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan anak (1.000 HPK) dimana ayah perlu mendampingi dan memperhatikan gizi dan kesehatan ibu dan anak sejak ibu hamil, melahirkan sampai usia 2 tahun, sehingga dapat mewujudkan keluarga yang sehat dan sejahtera. Bahkan perhatian ini justru dapat dilakukan mulai pada masa sebelum hamil dengan merencanakan kehamilan bersama istri supaya dapat melahirkan anak yang sehat.

Selanjutnya ayah juga harus memperhatikan masalah kesehatan dan pendidikan anak. Ayah harus memberikan perhatian pada gizi untuk istri dan anaknya.

Kita harus mematahkan mitos yang tidak tepat, yaitu kalau ayah makan bagian dagingnya, ibu bagian kepalanya, anak dapat sisanya padahal justru semuanya harus sesuai dengan porsi yang baik dan benar.

"Di sini juga peran ayah ketika dia menjadi suami, dia harus menjaga kesehatan dirinya, istrinya, dan anaknya,” tambah Kartini.

Terakhir, Kartini menyampaikan bahwa di momentum Hari Ayah Nasional ini ayah harus menjadi suri tauladan bagi keluarga, termasuk masalah kesehatan dan pemenuhan gizi untuk keluarga. “Peran ayah sangat penting, dia adalah role model dalam keluarga. Oleh karena itu, ayo ayah Indonesia, mari menjadi role model dalam kesehatan untuk membentuk keluarga yang lebih sehat,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement