Kamis 06 Jan 2022 16:57 WIB

Puluhan Pengunjuk Rasa Tewas di Tangan Polisi Kazakhstan

Ratusan pengunjuk rasa dilaporkan terluka dalam bentrokan dengan polisi Kazakhstan

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Delapan orang dan pasukan garda nasional tewas dalam kerusuhan di Kazakhstan, Rabu (5/1/2022).
Foto: EPA
Delapan orang dan pasukan garda nasional tewas dalam kerusuhan di Kazakhstan, Rabu (5/1/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, NUR-SULTAN – Polisi Kazakhstan mengeklaim telah membunuh puluhan pengunjuk rasa yang mencoba menyerbu gedung-gedung pemerintahan. Saat ini negara tersebut tengah bergolak karena keputusan pemerintah menaikkan harga bahan bakar gas cair.

“Tadi malam, pasukan ekstremis mencoba menyerang gedung pemerintah, departemen kepolisian kota Almaty, serta komisariat polisi setempat. Puluhan penyerang disingkirkan,” kata juru bicara polisi Saltanat Azirbek, dikutip kantor berita Interfax-Kazakhstan, TASS, dan Ria Novosti, Kamis (6/1/2022).

Baca Juga

Menurut laporan media lokal, mengutip keterangan Kementerian Dalam Negeri Kazakhstan, sejauh ini sebanyak 317 demonstran terluka akibat terlibat bentrok dengan aparat keamanan. Di sisi lain, setidaknya delapan aparat penegak hukum disebut telah tewas selama huru-hara.

Aksi unjuk rasa memprotes kenaikan harga bahan bakar dimulai di kota barat Zhanaozen pada 2 Januari lalu. Ia akhirnya meluas ke kota-kota dan desa-desa lain di seluruh Kazakhstan. Seperti bola salju, tak ada yang dapat membendung gerakan penolakan itu. 

Melihat bara semakin menjalar, Pemerintah Kazakhstan, pada Selasa (4/1/2022), mengumumkan akan menurunkan harga bahan bakar gas cair ke harga terendah sebelum kenaikan. Namun hal itu tak menghentikan aksi massa.

Pada Rabu (5/1/2022), Presiden Kassym-Jomart Tokayev memecat kabinetnya. Tapi protes tetap berlanjut. Tokayev meyakini ada konspirator bermotif finansial di balik gelombang demonstrasi saat ini. “Jangan menyerah pada provokasi dari dalam dan luar negeri,” ucapnya, Rabu lalu.

Dia memperingatkan, permintaan untuk menyerang fasilitas sipil dan militer benar-benar melanggar hukum. “Ini adalah kejahatan yang akan dihukum. Pihak berwenang tidak akan jatuh, dan kita tidak membutuhkan konflik, melainkan saling percaya dan dialog,” ujarnya.

Baca: Di Balik Usaha Warga Palestina Memperoleh Kewarganegaraan Israel

Tokayev mengungkapkan, dia telah meminta bantuan Collective Security Treaty Organisation (CSTO), sebuah aliansi keamanan yang didukung Rusia, untuk membantu memadamkan aksi protes. Tokayev menuduh unjuk rasa itu dipimpin oleh “teroris”. “Hari ini saya memohon kepala negara CSTO untuk membantu Kazakhstan mengatasi ancaman teroris ini,” ucapnya. 

Baca: Positif Covid-19, Mantan Kontestan Miss Universe Alami Gejala Unik

Baca: Bayi Lahir Saat Pandemi Alami Keterlambatan Perkembangan, Apa Sebab?

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement