Ahad 30 May 2021 13:30 WIB

'Wafatlah Dalam Pelukanku, Cintaku...'

Sebuah cerita tentang kehidupan manusia

Sebuah kisah tentang kehidupan
Foto: Dailymail.co.uk
Sebuah kisah tentang kehidupan

Oleh : Denny JA, Kolumnis/Akademisi/Konsultan Politik

REPUBLIKA.CO.ID.

“Kisahkan puncak-puncak cinta, pengalaman cinta yang nyata. Berikan inspirasi kepada yang mendengar.”

Nasehat itu yang saya ingat ketika saya diminta memberi sambutan di  acara pernikahan. 

Di era covid-19, saya selalu menghindar datang acara kerumunan. Namun kali ini, yang menikah adalah kakak kandung saya sendiri. 

Saya diyakinkan, yang datang sangat sedikit. Semua yang datang harus lolos dulu test swab yang disediakan di pintu masuk.

Sayapun menyanggupinya. Tapi pesan apakah yang harus saya sampaikan?

Kakak saya, di usia 68 tahun, seorang duda beranak tiga, jatuh cinta lagi. Ia menemukan jodohnya, Dewi Trini, janda beranak dua, juga berusia 60 tahunan.

Ketika acara kenalan keluarga, saya sudah kisahkan. Pengantin paling tua dalam sejarah, yang memecahkan rekor dunia, usianya 103 tahun. (1)

Nama sang pengantin, Harry Steven, dari Amerika Serikat. Cinta tak mengenal usia. Pernikahan tak mengenal batas umur.

Ujar saya dalam acara perkenalan keluarga itu, dibandingkan Harry Steven, pengantin usia 103 tahun, Daus dan Dewi yang berusia 60-an tahun, tergolong masih remaja.

“Hahahahaa…,” Daus tertawa. Ia semakin percaya diri untuk menikah lagi walau usia 68 tahun.

-000-

Beberapa jam sebelum menikah, saya berjumpa Daus. Ia bercerita tidur larut malam. Ia gelisah karena tak kunjung hafal ijab kabul: “Kuterima nikahnya dan kawinnya…”

Sementara Ia sangat khawatir di acara nanti, Ia akan salah mengucapkan Ijab Kabul berulang- ulang. Suasana sakral pernikahan akan terganggu.

Saya sudah tahu kegelisahan Daus akan terjadi. Sejak dari rumah, saya sudah siapkan sehelai kertas putih. Saya katakan padanya.

“Daus, ini pemberian kecil saya yang akan kau kenang. Ini kertas putih. Ini pena. Tuliskan saja Ijab Kabulnya di sini. Nanti tinggal kau baca.”

Daus pun menulis Ijab Kabulnya. Saya foto adegan itu dengan handphone. Saya katakan, “foto ini punya nilai sejarah dalam perjalanan hidupmu.”

Tibalah acara saya diminta memberi sambutan kepada hadiran yang datang. Sekaligus pesan kepada mempelai, kakak saya sendiri yang 10 tahun lebih tua dari saya.

Sayapun mulai dengan menceritakan kisah Alexander dan Jeannette, berdua berusia 95 tahun, baru saja melewati 75 tahun pernikahan. Kisah yang menggugah.

-000-

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement