Selasa 11 May 2021 18:18 WIB

‘Imam’ Gobel Memimpin Tarawih

Ayah Rachmat Gobel adalah seorang aktivis Syarekat Islam.

Pengusaha Rachmat Gobel menjadi imam saat shalat tarawih.
Foto: istimewa/doc pribadi
Pengusaha Rachmat Gobel menjadi imam saat shalat tarawih.

Oleh : Nasihin Masha

REPUBLIKA.CO.ID, Rumah kediaman Rachmat Gobel di Gorontalo, di daerah Tapa, Hubulo, selalu ramai jika ia sedang ada di sana. Rumahnya merupakan satu kesatuan dengan beberapa bangunan lainnya. Di bagian inti adalah rumah kediaman, di depan ada rumah adat dan bangunan yang seperti aula. Di sisi kiri ada masjid. Bangunan yang mirip aula ini dijadikan tempat jika ada kegiatan besar seperti buka bersama atau pertemuan-pertemuan. Namun selama satu pekan Gobel ada di Gorontalo, bangunan ini juga berfungsi spesial. Apa itu?

Bangunan itu difungsikan untuk Sholat Tarawih berjamaah. Ini karena masjid di sebelah sudah penuh oleh jamaah. Sedangkan tamu-tamu yang datang ke Gobel selalu mengantre. Apalagi ia juga mengadakan buka puasa bersama, misalnya dengan ulama, pimpinan ormas keagamaan, dan rektor perguruan tinggi di Gorontalo. Ia juga mengadakan tarawih bersama dengan para sopir taksi. Karena itu Gobel mengadakan Shalat Isya dan Sholat Tarawih berjamaah sendiri, tidak bergabung dengan jamaah di masjid di sebelahnya. Apalagi masjid itu memang tak terlalu besar.

Jika ada tamu yang hendak pulang, Gobel mencegahnya. “Sholat Tarawih di sini saja. Masa Bapak tidak mau ngasih pahala ke saya,” kata Gobel merayu. Maka tamu yang hendak pulang pun bergabung dengan jamaah yang lain. Di antara jamaah yang rutin hadir adalah Bupati Bone Bolango, Hamim Pou. Ia juga merupakan ketua DPW Partai Nasdem Gorontalo. Jamaah lainnya adalah Rustam Akili, mantan ketua DPRD Gorontalo. Profesor Ahmad Baedowi, salah satu ketua Partai Nasdem, yang juga aktivis di ormas keagamaan Mathlaul Anwar, yang sedang berkunjung ke Gorontalo juga sempat bergabung untuk menjadi makmum.

Gobel sendiri yang menjadi imam Sholat Isya dan Sholat Tarawih tersebut. Surat andalan yang dibacanya adalah Surat Ar Rahman. Surat yang terkenal dengan frasa “fabiayyi aalaa-irabbikumaa tukaddzibaan” (maka nikmat Tuhan yang manakah yang hendak kau dustakan) itu menjadi andalan untuk menjadi bacaan Sholat Tarawih. Surat yang terdiri atas 78 ayat itu dipecah sehingga selesai dalam delapan rakaat Sholat Tarawih. Adapun bacaan andalah untuk Sholat Witir adalah Surat Al A’la, atau oleh awam disebut surat Sabbichis. Di Jakarta, Gobel juga menjadi imam Sholat Tarawih berjamaah dengan keluarganya di rumah, dengan makmum istri, anak, dan ibu sambungnya.

Keluarga Gobel memang memiliki sejarah kedekatan dengan kegiatan keagamaan. Ayahnya, Thayeb Mohammad Gobel, selain dikenal sebagai industriawan pertama Indonesia, juga aktivis Islam. Ia aktif di Syarekat Islam. Inilah organisasi yang melahirkan tokoh cemerlang HOS Tjokroaminoto. Tjokro adalah guru para pendiri bangsa, salah satunya Sukarno. Thayeb Gobel juga ikut menjadi pendiri dan pentolan PPP di masa Orde Baru. Ia juga mendirikan pesantren Hubulo di Gorontalo, berdiri pada 1989 setelah lima tahun ia meninggal namun sudah dicita-citakan sejak 1979. Pesantren ini terletak di lembah yang dikelilingi bukit sehingga memiliki lanskap yang indah dan hijau. Sungai Bolango melintas di dekatnya. Di salah satu bukit yang kecil terletak kuburan keluarga Gobel. Kuburan ini secara adat hanya boleh diisi oleh yang berdarah Gobel, sehingga istri atau suami dari pasangan berdarah Gobel pun tak bisa dikubur di bukit ini.

Di bukit kecil itu juga terdapat mushola tua. Kompleks kuburan di bukit kecil itu memang sudah berusia hampir tiga abad. Pendiri trah Gobel adalah Hubulo. Ia seorang raja Bolango yang berkuasa pada 1752-1772. Ia memiliki gelar Aulia Salihin, orang saleh awal. Ia lahir pada 1709 dan wafat pada 1793. Hubulo memang seorang aulia, salah satu perintis penyebar agama Islam di Gorontalo. Menurut kisah, ia memiliki darah Aceh. Hubulo adalah keturunan kesembilan dalam silsilah raja Bolango. Naiknya Hubulo ini menjadi pertanda perubahan besar pada masyarakat Bolango, yaitu masuknya agama Islam di dalam kerajaan.

Hingga kini, seperti juga di tanah Melayu, di Gorontalo berlaku pepatah “Adat bersendikan syara’, syara’ bersendikan Kitabullah. Tak heran jika kini Gorontalo mentasbihkan diri sebagai “Serambi Medinah”, seperti Aceh menjadi “Serambi Mekah”. Selain raja, Hubulo juga seorang ulama. Ia dikenal sebagai peletak dasar islamisasi di Bolango sehingga diberi gelar aulia salihin. Raja Hubulo dikenal sebagai raja yang kharismatis sehingga keturunannya banyak menjadi pembesar di kerajaan-kerajaan lain di Gorontalo. Dari kata Hubulo inilah kemudian bermutasi menjadi Gobel. Orang Belanda mengalami kesulitan dalam mengucapkan Hubulo. Kata Hubulo berubah menjadi bunyi Hubel, yang jika ditulis dalam Bahasa Belanda menjadi Gobel. Hubulo sendiri merupakan pengucapan dialek Gorontalo dari kata Chubbulloh, yang artinya “Cinta Allah”, kekasih Allah. Nama-nama Gorontalo memang banyak didominasi akhiran “O”.

Perlu sedikit diceritakan bahwa suku Bolango terbentuk pada abad ke-14. Suku ini dikenal sebagai masyarakat pengembara. Ada yang menyebutkan mereka berasal dari Pulau Batang Dua, di Ternate, Maluku Utara. Setelah mengembara ke berbagai tempat, mereka menetap di Tapa – rumah keluarga Rachmat Gobel berada di Tapa -- pada abad ke-17. Setelah menetap, suku pengembara ini membentuk kerajaan. Kerajaan ini merupakan salah satu dari lima persekutuan kerajaan di Gorontalo. Akibat kekuasaan kolonial Belanda yang kian eksesif, pada abad ke-19 kerajaan Bolango bermigrasi ke Bolaang Mongondow. Sedangkan istananya di Tapa kini menjadi rumah adat yang berada di kompleks rumah keluarga Rachmat Gobel.

Itulah sedikit riwayat moyang Rachmat Gobel. Kembali ke kegiatan Gobel di Gorontalo, yang diadakan di masa reses DPR. Reses yang bertepatan dengan bulan Ramadhan ini ia manfaatkan untuk berbagai kegiatan. Ia membagikan bibit ke petani, silaturahim dan buka bersama dengan masyarakat Kabupaten Boalemo, buka bersama dan konsolidasi dengan Partai Nasdem, memberikan bingkisan lebaran ke masyarakat, ceramah di kampus Universitas Gorontalo tentang entrepeneurship dan kewaspadaan terhadap investasi ilegal, menjadi keynote speaker tentang keuangan syariah bersama Otoritas Jasa Keuangan dan masyarakat ekonomi syariah, dan lain-lain. Namun setiap pagi ia menolak segala kegiatan karena ia khususkan untuk tadarus.

Ia memiliki kegelisahan terhadap kualitas sumberdaya manusia dan kelembagaan ekonomi di tingkat akar rumput di Gorontalo. Tingkat putus sekolah di Gorontalo adalah yang tertinggi di Indonesia. Karena itu ia memperjuangkan penambahan kuota beasiswa untuk pelajar di Gorontalo. Saat ini Gorontalo mendapat 1.800 beasiswa dan akan ditingkatkan menjadi 10 ribu beasiswa. “Pembangunan sumberdaya manusia ini sangat penting. Jangan kita focus ke ekonomi, lalu ekonomi tumbuh tapi yang menikmati orang dari daerah lain karena SDM kita kalah bersaing,” katanya di hadapan para rektor dan ulama. Gorontalo juga menjadi provinsi termiskin kelima di Indonesia, dengan mayoritas berprofesi sebagai petani, peternak, dan nelayan. Untuk itu, Gobel akan meningkatkan posisi mereka untuk bersatu dalam wadah koperasi. Koperasi ini akan menjadi penyedia pupuk, bibit, dan bermacam peralatan pendukung serta menjadi offtaker hasil panen. “Sehingga petani fokus bercocok tanam. Tidak disibukkan dengan hal-hal yang bukan domain mereka,” kata Gobel.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement