Sabtu 17 Apr 2021 16:32 WIB

Studi Awal Ungkap Penggumpalan Darah Bukan Disebabkan Vaksin

Pembekuan darah terjadi pada sekitar 39 dari setiap 1 juta orang dengan Covid-19.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Indira Rezkisari
Seorang pegawai pusat vaksinasimeletakkan alat suntik vaksin. Para peneliti punya kesimpulan awal bahwa risiko penggumpalan darah lebih mungkin disebabkan oleh Covid-19 ketimbang vaksin AstraZeneca-Oxford atau Pfizer dan Moderna Covid-19.
Foto: AP/Marijan Murat/DPA
Seorang pegawai pusat vaksinasimeletakkan alat suntik vaksin. Para peneliti punya kesimpulan awal bahwa risiko penggumpalan darah lebih mungkin disebabkan oleh Covid-19 ketimbang vaksin AstraZeneca-Oxford atau Pfizer dan Moderna Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Para peneliti punya kesimpulan awal bahwa risiko penggumpalan darah lebih mungkin disebabkan oleh Covid-19 ketimbang vaksin AstraZeneca-Oxford atau Pfizer dan Moderna Covid-19. Hipotesis awal ini coba membantah vaksin yang diduga menimbulkan kasus langka penggumpalan darah.

Sebuah studi oleh University of Oxford memeriksa catatan lebih dari 500.000 pasien Covid-19. Para peneliti menggunakan data tersebut untuk memperkirakan bahwa pembekuan darah trombosis vena serebral (CVT) akan terjadi pada sekitar 39 dari setiap 1 juta orang dengan Covid-19.

Baca Juga

CVT telah dilaporkan terjadi pada sekitar 5 per juta orang setelah dosis pertama vaksin AstraZeneca. Di lebih dari 480.000 orang yang menerima vaksin Pfizer-BioNTech atau Moderna, CVT terjadi pada 4 per juta.

Para peneliti mengatakan dibandingkan dengan vaksin Pfizer atau Moderna, risiko CVT dari Covid-19 sekitar 10 kali lebih besar. Vaksin Covid-19 dari Johnson & Johnson, yang telah ditaguhkan karena kasus pembekuan darah disebut sebagai vaksin adenovirus yang mirip dengan milik AstraZeneca. Namun vaksin itu tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

Pola serupa terlihat pada pembekuan darah portal vein thrombosis (PVT), yang terjadi pada 436,4 per juta orang yang menderita Covid-19. Angka itu dibandingkan dengan 44,9 per juta untuk kelompok vaksin Pfizer-Moderna, dan 1,6 per juta untuk mereka yang menerima vaksin AstraZeneca.

"Semua bukti yang kami miliki adalah bahwa risiko Covid-19 jauh lebih besar daripada risiko apa pun yang mungkin dibandingkan dengan vaksin," kata penulis studi Paul Harrison selaku profesor psikiatri di Universitas Oxford dilansir dari WebMD pada Sabtu (17/4).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement