Rabu 07 Apr 2021 02:37 WIB

Pakar UGM: Antivirus Covid-19 Belum Ditemukan

Belum ada antivirus spesifik yang terbukti efektif dan direkomendasi untuk covid.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Covid-19
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Guru Besar Fakultas Farmasi UGM, Prof Djoko Wahyono mengatakan, berbagai riset telah dilakukan terkait covid-19. Namun, sampai saat ini belum ada antivirus spesifik yang terbukti efektif dan direkomendasi untuk covid.

"Lebih dari 600 uji klinik di seluruh dunia kini dilakukan dengan berbagai obat yang sebagian besar merupakan drug repurposing atau obat yang sudah ada untuk indikasi lain sebagai terapi covid-19," kata Djoko, Selasa (6/4).

Baca Juga

Uji klinik jadi tahap penting pembuktian manfaat kepada manusia. Dilakukan sesuai good clinical practice untuk menjamin data yang dilaporkan akurat, terpercaya, menjamin hak integritas dan kerahasiaan subyek uji dilindungi.

Belum ada antivirus covid baru yang mendapat persetujuan dari otoritas obat negara, termasuk BPOM. Obat yang digunakan masih Emergency Use Authorization (EUA) atau mempertimbangkan kondisi darurat dan belum ada obat yang tersedia.

Beberapa obat yang telah ada sebelumnya dan banyak digunakan dalam terapi covid antara lain chloroquine/hydroxychloroquine, lopinavir/ritonavir, ribavirin, oseltamivir, umifenovir, remdesivir, dan favipavir/avigan).

"Keuntungan pemakaian drug repurposing mempercepat penemuan obat karena bisa langsung dilakukan uji klinik fase III karena aspek kemanan sudah diketahui," ujar Djoko.

Baca juga : Embargo Vaksin Buat Target Sejuta Vaksin per Hari Kian Sulit

Epidemiolog UGM, dr Riris Andono Ahmad menyampaikan, penularan covid terus terjadi karena populasi belum memiliki kekebalan. Selain itu, mobilitas masyarakat yang cukup tinggi semakin meningkatkan penularan covid.

Doni menekankan, saat ini pemerintah menerapkan strategi pengendalian covid antara lain melalui penerapan 3M, 3T, PSBB sampai vaksinasi. Ia mengingatkan, vaksin merupakan teknologi yang potensial untuk menurunkan angka penularan.

"Vaksin ini tidak lantas menghentikan pandemi, tapi vaksin sangat efektif untuk menurunkan jumlah kasus baru, angka kesakitan dan angka kematian," ujar Doni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement