Jumat 26 Feb 2021 03:23 WIB

Perempuan Bawa Saudi Jadi Salah Satu Negara Paling Maju

Kebijakan untuk memberdayakan perempuan terus bermunculan di Arab Saudi.

Suhailah, sopir taksi perempuan pertama Saudi tengah bekerja melayani penumpang.
Foto: Reuters/Aljazeera.net
Suhailah, sopir taksi perempuan pertama Saudi tengah bekerja melayani penumpang.

Oleh : Esthi Maharani*

REPUBLIKA.CO.ID, Arab Saudi melakukan reformasi bersejarah. Reformasi ini membuahkan hasil yang tak main-main. Sekarang, Arab Saudi masuk dalam daftar 190 negara paling maju. Salah satu hal yang menjadi garda terdepan dari reformasi di Arab Saudi yakni pemberdayaan perempuan, kesetaraan gender, dan kemajuan ekonomi.

Arab Saudi telah memperkenalkan peraturan dan kebijakan untuk pemberdayaan perempuan khususnya di bidang mobilitas, tempat kerja, kewirausahaan, dan pensiun.

“Saudi terus bergerak dalam mencapai tujuan dan ambisinya yang berkaitan dengan pemberdayaan ekonomi perempuan. Saudi sedang menyaksikan reformasi dan transformasi besar,” kata anggota Misi Tetap Arab Saudi untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Mona Alghamdi

Misalnya saja, Kerajaan telah mengambil keputusan tegas untuk mengkriminalisasi pelecehan seksual di tempat kerja.  Undang-undang dan hukuman pidana diberlakukan untuk melindungi perempuan dari diskriminasi gender dan pelecehan seksual.

Arab Saudi juga mendorong perempuan untuk bersaing di sektor kewirausahaan dengan memperkenalkan amandemen hukum. Ini bertujuan guna melindungi perempuan dari diskriminasi di sektor kerja termasuk larangan diskriminasi gender untuk mengakses layanan keuangan dan pemecatan perempuan selama kehamilan dan cuti melahirkan.

Baca juga : Tiga Waktu yang Disunnahkan Membaca Ayat Kursi

Kesetaraan usia pensiun merupakan salah satu reformasi terpenting yang dilaksanakan melalui penyetaraan usia pada 60 tahun. Ini berkontribusi pada perpanjangan masa kerja, memberikan manfaat dari semua tunjangan dan pembayaran. "Kontribusi ini efektif bagi kemajuan perekonomian nasional,” kata dia.

Jika menilik waktu ke belakang, berbagai kebijakan untuk perempuan telah dikeluarkan kerajaan. Hal itu ditandai dengan kebijakan yang mengizinkan perempuan untuk mengemudi. Langkah dan kebijakan tersebut, diperkirakan Bloomberg Economics bisa menambah hasil ekonomi hingga 90 miliar dolar AS di 2030. Setelah itu, berbagai kebijakan untuk memberdayakan perempuan terus bermunculan di Arab Saudi.

Dulu, perempuan Arab Saudi memiliki pilihan terbatas saat mencari pekerjaan. Sebagian besar, mereka bekerja sebagai guru atau bekerja di pemerintah. Namun  kini, perempuan Saudi yang bekerja di berbagai lokasi telah lazim ditemui. Misalnya saja tahun lalu, Menteri Kehakiman menunjuk 100 wanita sebagai notaris publik. Pada Januari lalu, seorang pejabat pemerintah mengatakan Arab Saudi akan mulai menunjuk hakim pengadilan wanita.

Yang terbaru, perempuan Arab Suadi digadang-gadang bisa masuk menjadi anggota militer dan angkatan bersenjata. Mereka dapat mendaftar untuk bergabung dengan Angkatan Darat Arab Saudi, Pertahanan Udara Kerajaan Saudi, Angkatan Laut Kerajaan Saudi, Angkatan Rudal Strategis Kerajaan Saudi, dan Layanan Medis Angkatan Bersenjata. Para rekrutan perempuan akan dipekerjakan sebagai tentara, kopral, sersan, dan sersan staf.

Mengutip Aljazirah Selasa (23/2), lowongan pekerjaan itu telah dibuka secara bertahap di Saudi sebagai rencana Putra Mahkota Mohammed bin Salman untuk memajukan perempuan Arab Saudi di berbagai bidang. Rencana mengizinkan wanita masuk militer pertama kali telah diumumkan pada 2019. Tahun yang sama ketika Kerajaan mengatakan berencana mengizinkan perempuan meninggalkan negara tanpa izin dari kerabat laki-laki.

Kementerian mengatakan, untuk bergabung dengan angkatan bersenjata, seorang wanita harus berusia antara 21 dan 40 tahun, tinggi 155 cm atau lebih, dan tidak boleh menjadi pegawai pemerintah. Dia juga harus lulus prosedur penerimaan, memiliki catatan kriminal yang bersih, dan sehat secara medis untuk bertugas.

Seorang wanita Arab Saudi juga harus memiliki kartu identitas nasional independen, setidaknya memiliki pendidikan sekolah menengah, dan tidak boleh menikah dengan warga negara non-Arab Saudi. Untuk warga negara pria yang ingin bergabung dengan angkatan bersenjata, mereka harus berusia antara 17 dan 40 tahun dan memiliki tinggi minimal 160 sentimeter.

Sekarang, tinggal tunggu hasil dari berbagai kebijakan yang dikeluarkan kerajaan terkait pemberdayaan perempuan.

*) Penulis adalah jurnalis republika.co.id

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement