Jumat 20 Nov 2020 09:28 WIB

Pengamat Bicara TNI

Sirine rantis Koopssus TNI meraung-raung berhenti di depan gang menuju Markas FPI.

Rantis Koopssus TNI dikerahkan berhenti di jalan sambil membunyikan sirine meraung-raung di depan gang menuju Markas FPI, Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Jakpus.
Foto: Tangkapan layar
Rantis Koopssus TNI dikerahkan berhenti di jalan sambil membunyikan sirine meraung-raung di depan gang menuju Markas FPI, Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Jakpus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warganet (netizen) pada Kamis (19/11) dihebohkan dengan sejumlah kendaraan taktis (rantis) milik Komando Operasi Khusus Tentara Nasional Indonesia (Koopssus TNI) yang berhenti di jalan raya di Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Sambil dikawal polisi militer (POM) dan sejumlah prajurit yang naik truk di belakangnya, rantis Koopssus TNI membunyikan sirine meraung-raung berhenti di depan gang menuju Markas Front Pembela Islam (FPI).

Pengamat militer Fahmi Alfansi Pane, menjelaskan jika Koopssus TNI dibentuk untuk menghadapi ancaman nyata NKRI, seperti terorisme, separatisme, dan beragam ancaman hibrida (campuran). Sehingga, bukan ranah pasukan khusus untuk menakut-nakuti warga sipil, dalam hal ini anggota FPI.

"Terorisme yang bergerak di wilayah tertentu masih berlangsung hingga hari ini, seperti di Poso dan Papua. Meski beberapa hari lalu dua terduga teroris telah diselesaikan operasi gabungan TNI dan Polri," kata Fahmi kepada Republika, Jumat (20/11).

Menurut dia, pengganti Santoso, yakni Ali Kalora yang memimpin aksi terorisme di Poso, Sulawesi Tengah, masih belum berhasil dilumpuhkan. Hal itu jelas menuntut pengerahan pasukan  apabel, termasuk perlengkapan elektronik dan persenjataan.

"Bila teroris bergerak di wilayah hutan dan pegunungan, maka Koopssus TNI yang lebih mampu menyelesaikan secara berani, tuntas, tegas, dan cepat. Apalagi, untuk medan yang terjal di Papua, TNI mutlak diperlukan untuk menumpas gerakan teroris, separatis dan kriminal bersenjata di sana," kata alumnus Universitas Pertahanan (Unhan) tersebut.

Fahmi berpesan, janganlah bangsa Indonesia lupa masih berutang nyawa terhadap para pekerja yang membangun jalan Trans-Papua yang dibunuh secara kejam tahun 2018. Para pelaku hingga kini, sambung dia, belum ditangkap. Bahkan kelompok tersebut masih meneror warga sipil. Karena itu, bukan ranah pasukan khusus mengurusi masalah FPI.

"Saya yakin menjelang peringatan 1 Desember 2020, gerakan mereka akan makin marak. Saat ini mereka sudah bergerak di media sosial. Inilah prioritas operasi bagi Koopssus TNI," kata Fahmi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement