Selasa 18 Aug 2020 16:43 WIB

Nasihat Ketum Muhammadiyah untuk yang Menyepelekan Covid-19

Ketum Muhammadiyah menegaskan covid-19 tidak disepelekan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Hafil
Nasihat Ketum Muhammadiyah untuk yang Menyepelekan Covid-19. Foto: Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Nasihat Ketum Muhammadiyah untuk yang Menyepelekan Covid-19. Foto: Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir, kembali meminta masyarakat agar tidak menyepelekan Covid-19. Ia menegaskan, virus yang telah menyerang penduduk dunia itu bukan obrolan-obrolan belaka.

"Pandemi Covid-19 itu nyata dan bukan maya. Lebih tujuh juta orang berbagai negara terjangkit dan 400 ribu lebih meninggal," kata Haedar, Selasa (18/8).

Baca Juga

Di Indonesia, ia mengingatkan, setiap hari ada saudara-saudara sebangsa yang terinfeksi positif dan meninggal dunia. Haedar menilai, wabah ini mematikan, dan mencegahnya jadi utama untuk menyelamatkan jiwa dan kehidupan bersama.

Haedar berpendapat, mencegah penularan dan sikap seksama merupakan wujud optimalisasi ikhtiar, bukan bentuk ketakutan apalagi paranoid. Namun, jika masih kurang percaya, ia meminta masyarakat tinggal melihat kondisi sekitar.

 

"RS dan tempat-tempat isolasi jadi saksi kunci, dokter dan tenaga kesehatan bertugas dengan resiko tinggi, banyak yang terkena dan meninggal sebagai syuhada. Adakah tersisa iba kepada nasib sesama," ujar Haedar.

Selain itu, Haedar menambahkan, memulai kebiasaan baru memang niscaya, tapi bukan untuk dipaksanakan. Artinya, ia menekankan, menjaga keselamatan diri dan tidak egois untuk turut menjaga keselamatan sesama harus diutamakan.

Untuk itu, saat pertemuan fisik tidak terlalu mendesak dilakukan, ia meminta masyarakat tidak melakukannya. Terlebih, ketika pertemuan-pertemuan dirasa masih bisa dilakukan secara daring, tidak ada alasan berkegiatan massa.

"Belajarlah bijak dan empati, nyawa manusia itu tak ternilai harganya. Menjaga jiwa, bahkan bagian dari syariat agama," kata Haedar. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement