MPR Mencetak Masyarakat Jadi Narasumber Empat Pilar

Mahasiswa bahkan pengamen dan klub penggemar sepeda ontel pernah dapat sosialisasi.

MPR
MPR mencetak masyarakat menjadi narasumber Empat Pilar. (MPR)
Red: Budi Raharjo

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Anggota MPR dari Fraksi Nasdem Bachtiar Aly mengatakan, MPR mempunyai Badan Sosialisasi yang beranggotakan 45 orang. Mereka bertugas khusus untuk menyosialisasikan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika kepada seluruh lapisan masyarakat.

Selain dari anggota Badan Sosialisasi, dikatakan oleh pria kelahiran Banda Aceh itu, semua anggota MPR juga mempunyai kewajiban yang sama, yakni ikut menyosialisasikan Empat Pilar. Meski demikian, Guru Besar UI itu mengatakan, MPR juga mengajak elemen di masyarakat dan pemerintah untuk ikut menyosialisasikan Empat Pilar.

"Untuk itu MPR melakukan training of trainer," ujarnya saat menjadi pembicara dalam TOT di kalangan TNI AL, di Surabaya, Jumat (12/10). Pelatihan untuk pelatih diharapkan mampu mencetak narasumber-narasumber Empat Pilar yang kompeten.

Menurut Bachtiar Aly, TOT diperuntukkan tidak hanya bagi perwira menengah AL, namun juga sudah dilakukan di kalangan angkatan darat, angkatan udara, kepolisian, tokoh agama, tokoh masyarakat, guru, mahasiswa, dan lapisan masyarakat lainnya, baik di tingkat pusat maupun daerah. "Setelah TOT sampaikan Empat Pilar di lingkungan kerja, keluarga, dan masyarakat", harap mantan Duta Besar Indonesia untuk Mesir itu.

Menjaga Empat Pilar disebut hal yang harus dilakukan oleh warga negara. Bangsa ini bisa terbentuk karena perjuangan dari para pendahulu. Dipaparkan bagaimana para jong, dari Jawa, Sumatra, Sulawesi, Ambon, Betawi, Sunda, pemuda Islam, dan dari daerah serta organisasi pemuda lainnya menggagas Indonesia.

Saat itu meski Indonesia belum ada, namun mereka sudah menyatakan satu nusa, bangsa, dan bahasa Indonesia. Dalam soal bahasa, Bachtiar Aly menyatakan para pemuda memilih bahasa Melayu, yang saat itu sebagai lingua franca dari Madagaskar hingga Melayu, menjadi bahasa persatuan. "Jadi, bukan memilih bahasa yang mayoritas yang digunakan," tuturnya.

Dirinya bersyukur bahasa Indonesia menjadi pemersatu bangsa Indonesia. Hal demikian tidak terjadi di Belgia, India, yang tidak memiliki bahasa persatuan. "Di Belgia itu ada bahasa Prancis, Belanda, Jerman, bahkan Inggris," ungkapnya.

Dalam kesempatan itu, Bachtiar Aly mengingatkan semua akan bahaya hoaks. Menurutnya, sesuatu yang merugikan masyarakat sebaiknya tak diekspose. Bila sesuatu kebohongan diulang-ulang, maka hal yang demikian seolah-olah menjadi benar.

Meski demikian, diharapkan bila kita tahu dan mengerti jangan diam. Diungkapkan berkuasanya Hittler di Eropa karena banyaknya orang-orang yang pandai dan tahu, tapi mereka pada diam. "Jerman menjadi negara otoriter karena orang pandai diam," ungkapnya.

MPR mencetak masyarakat menjadi nara sumber Empat Pilar. (MPR)

Anggota MPR dari Fraksi PKS, TB Sjoenmandjaja, yang dalam kesempatan tersebut menjadi pembicara, mengakui forum TOT di kalangan TNI AL berlangsung dengan baik. "Mereka banyak menyampaikan pertanyaan, pendapat, bahkan kritik," ujarnya.

Dikatakan sosialisasi yang dilakukan ini merupakan amanah dari UU MD3. "Sosialisasi diberikan kepada seluruh lapisan masyarakat," ujarnya. Disebut ormas, mahasiswa bahkan pengamen dan klub penggemar sepeda ontel pun pernah mendapat sosialisasi.

Terkait pelajaran PMP yang pernah tidak diajarkan lagi di sekolah, dari SD hingga SMA. Pria asal Sukabumi itu menceritakan saat dirinya menjadi anggota Komisi X DPR, ia pernah bertemu dengan Menteri Pendidikan M Nuh.

Kepada M Nuh, Sjoemandjaja mengatakan, dirinya sudah melakukan sosialisasi kepada guru-guru. "Untuk itu saya menyampaikan kepada Mendikbud agar PMP dimasukan kembali ke dalam kurikulum sekolah," paparnya.

 
Berita Terpopuler