Mahyudin: Pendekatan Humanis dalam Sosialisasi Empat Pilar

republika/fauziah mursid
Wakil Ketua MPR Mahyudin.
Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Mahyudin memberi apresiasi kepada masyarakat Purwakarta atas pengamalan Sosialisasi Empat Pilar MPR.

Hal ini disampaikan Mahyudin usai Dialog Sosialisasi Empat Pilar di Purwakarta, Sabtu, 16 September 2017 kepada para wartawan. Menurut Mahyudin, ini kedua kalinya ia datang ke Purwakarta. "Kali ini permintaan dari organisasi masyarakat SOKSI. Yang pertama, di sekolah SMA, " katanya.

Ia mengatakan, pengamalan Empat Pilar di masyarakat di Purwakarta sangat bagus. Yakni, pada penanaman nasionalisme dan idealisme yang kuat dan baik. Hal ini menurutnya karena sering diulang. Seperti, khutbah Jumat di mesjid yang selalu diulang-ulang.

Mahyudin berterima kasih kepada Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi yang memberi dukungan penyediaan tempat dan gedung sebagai sarana Sosialisasi Empat Pilar. Sementara, MPR menyediakan materi dan bahan.

Dari sisi evaluasi Sosialisasi Empat Pilar menurut Mahyudin, sudah berjalan efektif. Bila dulu metodenya berbeda, namanya P4, "Kini, pendekatannya lebih humanis, tanpa ada doktrin pemaksaan mereka disadarkan bahwa Pancasila lahir dari mereka sendiri," katanya.

Ia mengambil contoh pada bulan bakti Pancasila, masyarakat dengan bangga menyatakan "Saya Pancasila". Ini contoh Pancasila salah satu dari Empat Pilar bisa sampai ke masyarakat. Ini juga menurutnya berkat bantuan media mainstream dan media sosial.

Mahyudin lalu mengharapkan Pancasila dan pilar lainnya dapat  diimplementasikan dalam perilaku dalam kehidupan bernegara. Menurutnya jangan bicara Pancasila tapi esoknya tertangkap karena tindakan korupsi.

Mahyudin mengatakan, MPR sudah seharusnya berharap kepada pemimpin yang benar-benar mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, tapi pilihan itu kembali kepada rakyat, apakah sudah memilih pemimpin yang dengan cinta memajukan daerah, memajukan masyarakat, meningkatkan kesejahteraan rakyat dan pemimpin yang mau turun ke bawah. "Memilih pemimpin dengan visi misi, bukan berdasarkan SARA atau primordial, atau karena diberi sembako," katanya.

 
Berita Terpopuler