OSO: Pesantren Garda Terdepan Jawab Radikalisme dan Trans-Ideologi

Republika/Rakhmawaty La'lang
Oesman Sapta Odang
Rep: Dadang Kurnia Red: Angga Indrawan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR RI, Oesman Sapta Odang berpendapat, pesantren adalah garda terdepan untuk menjawab tantangan radikalisme dan trans-ideologi. Terlebih, kedua tantangan tersebut dinilainya semakin menemukan tempatnya di Indonesia.

"Kita semua merasakan, radikalisme dan trans-ideologi semakin menancapkan kukunya di Indonesia. Dan, yang paling merisaukan, penganutnya adalah anak-anak muda yang terdidik. Mereka menjadi simpatisan, bahkan pengikut setia gerakan radikalisme,” kata OSO dalam siaran pers, Jumat (19/5).

Selain radikalisme dan trans-ideologi, lelaki yang akrab disapa Oso ini mencatat beberapa tantangan untuk pesantren-pesantren yang ada. Tantangan yang dimaksud adalah pemberdayaan ekonomi pesantren dan masyarakat. Terlebih, dari 10 persen masyarakat miskin di Indonesia, kebanyakan adalah umat Islam.

"Untuk memperkuat ekonomi umat, diperlukan upaya pemberdayaan ekonomi pesantren. Di samping dibekali ilmu pengetahuan agama, para santri juga dibekali kemampuan mengakses ekonomi," terang senator asal Kalimantan Barat tersebut.

Tantangan lain yang menurutnya harus bisa diselesaikan adalah masalah nasionalisme. Sebab, tidak bisa dipungkiri, Indonesia menghadapi globalisasi yang menyebabkan masyarakatnya mudah terpengaruh ideologi selain Pancasila.

"Ikatan Pesantren Indonesia diharapkan bisa ambil bagian untuk meningkatkan nasionalisme yang berpegang pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), Bineka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)" ucap Oso.

 
Berita Terpopuler