MPR Minta Generasi Muda Bijak Tanggapi Provokasi SARA

mpr
Wakil Ketua MPR RI Mahyudin.
Rep: Dyah Meta Ratna Novia Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARBARU -- Wakil Ketua MPR RI Mahyudin mengaku khawatir dengan potensi perpecahan bangsa yang kian marak di Indonesia terutama pra dan pascaPilkada DKI Jakarta. Menurut dia, potensi itu melebar makin berbahaya dengan tuntutan penggantian ideologi Pancasila dengan ideologi lain.

"Jika saya bisa meminta, sudahlah hentikan semua potensi konflik dan perpecahan bangsa antara lain memfitnah, menghasut, memanas-memanasi.  Terlalu mahal harga dan darah yang harus dibayar bangsa ini jika terjadi perpecahan bangsa," katanya, dalam acara Dialog Kebangsaan di  Banjarbaru, Kamis (18/5).

Mahyudin prihatin lantaran saat ini di media sosial banyak sekali ajakan berbuat SARA. Ia meminta masyarakat terutama generasi muda pintar dan bijak ketika mendapat ajakan dan provokasi-provokasi yang menimbulkan perpecahan.

"Saya sendiri di grup WA banyak sekali menerima kiriman-kiriman dan posting-posting berbau SARA, saya tegas menegur tidak boleh mengirim seperti itu.  Saya analisa ternyata asal kiriman tersebut tidak bisa dipertanggung jawabkan, hoax dan akun palsu," kata Mahyudin.

Ia menjelaskan, seluruh elemen yang beragam di Indonesia sudah ada sejak era kerajaan-kerajaan berkuasa di nusantara. Namun kerajaan-kerajaan bersepakat bersatu untuk lepas dari penjajahan Belanda, maka lahirlah Indonesia dan Pancasila sebagai perekat seluruh perbedaan yang ada.

Ratusan tahun, lanjut Mahyudin, kerajaan-kerajaan sampai zaman perjuangan kemerdekaan Indonesia setelah Indonesia lahir berdarah-darah merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.  Pengorbanan kerajaan-kerjaaan yang rela melepas hirarkis kekuasaan dinastinya demi bersepakat membentuk sebuah negara yakni Indonesia wajib dihargai.

"Itulah makanya saya tegaskan, terlalu mahal jika bangsa ini mengalami perpecahan.  Itu sama saja mengkhianati pengorbanan nenek moyang kita dulu," katanya.

 
Berita Terpopuler