Perang di Depan Mata, Dua Ribu Rudal Hizbullah Mampu Jangkau Tel Aviv dalam Dua Jam

Terakhir, peluru kendali Hizbullah hancurkan tank Merkava dan Nemmera

X
Serangan Hizbullah ke Israel Utara, Rabu (12/6/2024).
Rep: Lintar Satria Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Peluang terjadinya agresi militer Israel ke Lebanon kian menjadi nyata. Israel tengah bersiap meluncurkan serangan darat ke negara yang diperkuat dengan kekuatan militer kelompok Hizbullah. Bagaimana kelompok ini bisa melawan teknologi tempur canggih Israel?

Israel yang masih pontang-panting menghadapi Hamas akan melawan kelompok perlawanan Islam asal Lebanon, Hizbullah, yang dilaporkan memiliki persenjataan jauh lebih canggih ketimbang Hamas. Hizbullah bahkan disebut-sebut memiliki kemampuan untuk meluncurkan seribu rudal ke ibu kota Israel, Tel Aviv dalam waktu dua jam. Laporan yang diterbitkan media Israel tersebut menunjukkan  bahwa beberapa dari rudal ini akan dipandu secara presisi. Sementara itu, rudal lainnya akan diarahkan ke gedung pencakar langit di Tel Aviv.

Meski demikian,  laporan tersebut  tidak membahas target potensial yang berdekatan dengan gedung-gedung, yang telah diidentifikasi oleh Hizbullah sebagai “target dalam perang berikutnya,” menurut pernyataan mereka yang dikutip kantor berita asal Lebanon Al Mayadeen yang dikutip Republika dari Jakarta belum lama ini.

Terakhir, peluru kendali Hizbullah dilaporkan mampu menghancurkan sebuah tank Merkava Israel dan kendaraan pemulihan lapis baja Nemmera (ARV) di situs Roueissat al-Alam di perbukitan Kfar Chouba, Lebanon yang diduduki Israel pada Sabtu (29/6/2024) sore.

Para pejabat Israel mengakui bahwa kelompok perlawanan Lebanon, Hizbullah, telah berhasil mengosongkan permukiman Yahudi di wilayah utara Palestina yang diduduki tanpa menggunakan kekuatan apa pun. Menurut para pejabat, komandan pasukan penjajah Israel di wilayah utara telah menerima instruksi untuk tidak meningkatkan konfrontasi dengan perlawanan Lebanon.

Koresponden Al-Mayadeen melaporkan bahwa beberapa rudal berat diluncurkan dari Lebanon pada Jumat larut malam, menghantam setidaknya lima lokasi militer pendudukan Israel, termasuk barak dan tempat berkumpul, di al-Jalil Barat yang diduduki di Palestina dalam waktu kurang dari dua jam.

Mantan pejabat Shin Bet, Dvir Karev, mengatakan kepada stasiun berita Israel, Channel 13, pasukan mereka sedang melakukan perang ketiga dengan Lebanon. Hizbullah memiliki kekuatan yang jauh lebih besar daripada Hamas, baik dalam hal persenjataan maupun kekuatan. Dia mempertanyakan apakah kekuatan pasukan penjajah cukup untuk melawan Hizbullah dan menyatakan harapan bahwa konfrontasi akan tetap pada tingkat yang rendah, mengingat banyaknya korban di pihak Israel.

Ketua Serikat Pilot Israel, Meidan Barr,  menunjukkan bahwa ada "industri militer yang maju di Timur Tengah." Dia menambahkan,  “Siapa yang percaya bahwa mereka akan mengembangkan rudal di Gaza dan Tepi Barat?" Barr menggambarkan rekaman yang dipublikasikan oleh Hizbullah sebagai hal yang menakutkan, mengingat Hizbullah memiliki rudal sekelas Burkan.

Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal Kelompok Perlawanan Lebanon, Hizbullah, Sheikh Naim Qassem berjanji akan meningkatkan jangkauan rudal jika perang yang dilancarkan Israel menjadi meluas. Jika Tel Aviv memperluas agresinya, Nassem mengatakan, Hizbullah akan mengembangkan jangkauan rudal tahap keempat dengan kekuatan dan kemampuan yang mengagumkan.

Dia menjelaskan, setiap diskusi politik tentang front selatan akan ditunda sampai perang di Gaza berakhir. "Kami akan terus memerangi rezim Zionis dan membantu rakyat," kata Qassem.

Hizbullah melancarkan serangan terhadap target yang dikuasai Israel dalam upaya menekan rezim Zionis supaya menghentikan upaya genosida di Gaza. Militer Israel baru-baru ini menargetkan penyeberangan perbatasan Lebanon. Sejauh ini puluhan ribu Zionis telah meninggalkan wilayah perbatasan Lebanon lantaran takut akan serangan balasan.

 

Lebanon dalam keadaan perang akibat ancaman dan serangan dari israel. Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengatakan, ancaman dari Israel membuat Lebanon menghadapi perang psikologi.

Baca Juga

"Pertanyaan semua orang adalah 'apakah itu perang?' Ya, kita dalam keadaan perang. Akibat serangan Israel, ada banyak korban tewas dari pihak sipil dan non sipil dan desa-desa yang hancur," kata Mikati seperti dinukil dari Sputnik, Sabtu (30/6/2024).

Pada 18 Juni, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengumumkan pihaknya telah menyetujui rencana operasional serangan di Lebanon. Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz kemudian mengatakan bahwa Israel "sedikit lagi" memutuskan untuk "mengubah aturan" terhadap Hizbullah dan Lebanon, mengancam akan menghancurkan gerakan tersebut "dalam perang habis-habisan" dan "memukul keras" Lebanon.

Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan gerakan tersebut dapat menyerang Israel utara jika konfrontasi semakin meningkat. Situasi di perbatasan Israel-Lebanon memburuk setelah dimulainya serangan militer Israel di Jalur Gaza pada Oktober 2023.

IDF dan pasukan Hizbullah saling baku tembak di kawasan sepanjang perbatasan setiap hari. Kementerian Luar Negeri Lebanon mengatakan sekitar 100.000 orang harus meninggalkan rumah-rumah mereka di wilayah perbatasan, sementara Kemenlu Israel mengatakan sebanyak 80.000 warganya harus melakukan hal yang sama.

Dalam perkembangan terbaru, Iran mengancam akan mengerahkan semua front perlawanan di bawah pengaruhnya untuk melancarkan perang penghancuran Israel jika hal itu terjadi.

Iran melayangkan peringatan terhadap “agresi militer skala penuh” di Lebanon itu melalui misi republik Islam tersebut di PBB. “Perang pemusnahan akan menyusul (agresi militer penuh Israel ke Lebanon). Semua opsi, [termasuk] keterlibatan penuh semua Front Perlawanan, ada di meja,” tulis misi tersebut dalam sebuah postingan di X pada Jumat malam, merujuk pada kelompok bersenjata yang bersekutu dengan Iran di seluruh wilayah.

Mereka menyebut ancaman Israel untuk menyerang Hizbullah di  Lebanon sebagai “perang psikologis” dan “propaganda”. Kelompok-kelompok poros perlawanan yang dimaksud Iran itu tersebar di sejumlah wilayah di Timur Tengah. Selain Hizbullah di  Lebanon, ada kelompok Houthi di Yaman, serta kelompok-kelompok lainnya di Irak dan Suriah.

Rusia gunakan drone Iran - (Tim infografis Republika)

Perbatasan antara kedua negara telah menjadi saksi baku tembak setiap hari antara pasukan Israel dan Hizbullah sejak konflik saat ini di Gaza pecah pada 7 Oktober. Kelompok Hizbullah melancarkan serangan ke utara Israel untuk menekan militer negara itu menyudahi serangan brutal mereka ke Jalur Gaza.

Kekhawatiran akan perang besar-besaran meningkat bulan ini setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan Israel sedang mempersiapkan “ operasi yang sangat ketat” di perbatasan dengan  Lebanon. Hal ini setelah meningkatnya bombardir Hizbullah yang menimbulkan kebakaran besar di utara Israel. Drone Hudhud Hizbullah juga telah berhasil menerobos Israel dan memetakan objek-objek vital untuk diserang.

Sementara, pasukan Israel kembali melakukan serangkaian serangan terhadap sasaran Hizbullah di  Lebanon selatan, kata juru bicara militer Israel pada Sabtu pagi. “Dalam beberapa jam terakhir, pesawat-pesawat tempur menyerang beberapa sasaran Hizbullah, termasuk sebuah situs militer organisasi tersebut di wilayah Zabqin, dua lokasi infrastruktur operasional di wilayah Khiam, dan sebuah gedung Hizbullah di wilayah al-Adissa [Odaisseh],” menurut kepada surat kabar Israel Yedioth Ahronoth, kemarin.

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan kepada pasukan yang ditempatkan di Israel utara bahwa meskipun pemerintah lebih memilih untuk mencapai resolusi politik dengan Hizbullah, Israel siap berperang jika kelompok bersenjata  Lebanon menginginkannya.

 

 
Berita Terpopuler