Rupiah Sedikit Menguat, Tapi Diprediksi Masih Berkutat di Level Rp 16.400

Pupiah ditutup menguat tipis 7,5 poin atau 0,05 persen menjadi Rp 16.405 per dolar AS

Republika/Thoudy Badai
Nilai tukar kurs rupiah terhadap dolar AS mengalami sedikit penguatan pada perdagangan Kamis (27/6/2024).
Rep: Eva Rianti Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Nilai tukar kurs rupiah terhadap dolar AS mengalami sedikit penguatan pada perdagangan Kamis (27/6/2024). Kendati demikian, analisis menilai mata uang Garuda masih bergerak di level Rp 16.400 per dolar AS.

Baca Juga

Dikutip dari Bloomberg, rupiah ditutup menguat tipis 7,50 poin atau 0,05 persen menjadi Rp 16.405 per dolar AS pada penutupan perdagangan Kamis (27/6/2024). Pada perdagangan sebelumnya, rupiah berada di angka Rp 16.413 per dolar AS.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan sejumlah faktor yang memengaruhi rupiah mengalami pergerakan yang fluktuatif. Terutama sentimen dari bank sentral AS, The Federal Reserve atau The Fed kaitannya dengan langkah mempertahankan suku bunga.

“Faktor eksternal, arus masuk ke dolar terutama didorong oleh antisipasi data indeks harga PCE, yang akan dirilis pada hari Jumat. Angka tersebut merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed, dan diperkirakan akan menjadi faktor dalam sikap bank sentral terhadap suku bunga,” kata Ibrahim dalam keterangannya, dikutip Jumat.

Ibrahim menuturkan, data PCE atau pengeluaran konsumsi pribadi diperkirakan menunjukkan inflasi sedikit menurun pada Mei, namun tetap berada di atas target tahunan The Fed sebesar 2 persen.

“Inflasi yang stagnan memberi The Fed lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama,” tuturnya.

Selain itu, komentar hawkish dari pejabat The Fed juga memperkuat ekspektasi akan tingginya suku bunga dalam beberapa sesi terakhir. Suku bunga yang lebih tinggi akan meningkatkan biaya peluang (opportunity cost) dalam berinvestasi pada aset-aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding), dan membuat para pedagang menjadi lebih bias terhadap dolar dan utang AS.

Ibrahim menuturkan, sebelumnya Gubernur The Fed Michelle Bowman mengatakan, bank sentral AS kemungkinan akan mempertahankan suku bunga stabil untuk beberapa waktu dalam upaya membantu mengendalikan peningkatan inflasi. Dan menambahkan bahwa ia tidak memperkirakan bank sentral akan melakukan hal yang sama, memotong biaya pinjaman pada tahun 2024.

“Bowman yang biasanya dipandang sebagai salah satu tokoh The Fed yang bersuara lebih hawkish, menyatakan bahwa penurunan suku bunga belum pantas dilakukan, dan ia menambahkan bahwa ia tetap bersedia untuk menaikkan suku bunga lebih jauh jika kemajuan dalam upaya mengendalikan inflasi terhenti atau berbalik arah,” terangnya.

Faktor internal dari....

 

Sementara itu, faktor internal dari yang memengaruhi rupiah yang fluktuatif diantaranya kaitannya dengan sikap kehati-hatian pemerintah dan Bank Indonesia dalam menentukan kebijakan.

“Dalam menghadapi kondisi yang tak menentu, para ekonom mengingatkan kepada pemerintah, Bank Indonesia dan pihak berwenang lainnya untuk ekstra hati-hati dalam mengawal mata uang rupiah, yang saat ini sudah tembus level psikologis di atas Rp 16.400 per dolar AS,” kata dia.

Terlepas dari level tersebut, Ibrahim melanjutkan pemerintah dan otoritas moneter untuk tidak membiarkan kurs rupiah tembus di level Rp 16.500 per dolar AS. Sebab, level tersebut merupakan level yang sangat kritis, dan terus terjadi akumulasi sentimen negatif pelaku pasar keuangan dari yang sudah bermunculan saat ini, sehingga sulit dijinakkan dan berpotensi merosot sampai Rp 17.000 per dolar AS.

“Selain itu, terdapat data-data ekonomi domestik yang memengaruhi sentimen pasar, di antaranya defisit transaksi berjalan RI yang mengalami kenaikan dari 1,1 miliar dolar AS menjadi 2,2 miliar dolar AS pada kuartal pertama 2024, Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur RI turun dari 52,9 menjadi 52,1 pada Mei 2024, dan Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) RI turun dari 127,7 menjadi sebesar 125,2 pada Mei 2024,” terangnya.

Adapun faktor lainnya melingkupi peningkatan kepemilikan investor terhadap instrumen-instrumen lain seperti surat berharga negara (SBN), surat berharga syariah negara (SBSN), dan sertifikat rupiah Bank Indonesia (SRBI), penurunan peringkat saham Indonesia oleh Morgan Stanley, dan volatilitas harga saham-saham tertentu.

Dengan menganalisis sentimen-sentimen tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah akan melanjutkan pelemahan pada perdagangan akhir pekan ini.

“Untuk perdagangan Jumat (28/6/2024), mata uang rupiah fluktuatif, namun ditutup melemah direntang Rp16.390 - Rp16.450 per dolar AS,” tutupnya.

 
Berita Terpopuler