PPIH Bentuk Empat Satgas Saat Puncak Haji

PPIH akan optimalkan pelayanan pada puncak haji.

ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Ilustrasi jamaah haji melaksanakan sholat shubuh di Masjidil Haram.
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi membentuk empat satuan tugas (Satgas) saat pelaksanaan puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).

Baca Juga

Kepala Satuan Operasional Armuzna Harun Arrasyid mengatakan keempat Satgas itu yakni Satgas Arafah yang diisi petugas daerah kerja (Daker) Madinah, Satgas Muzdalifah diisi petugas Daker Bandara, Satgas Mina diisi petugas Daker Makkah, dan Satgas Jamarat diisi petugas tambahan.

"Ada empat Satgas yang saat ini kita bentuk, ada Satgas Arafah, ada Satgas Muzdalifah, ada Satgas Mina, dan juga ada satu tambahan yaitu Satgas Jamarat," kata Harun di Makkah, beberapa waktu lalu.

Sejauh ini, PPIH terus melakukan pemantauan situasi terkini di Armuzna yang bakal menjadi tempat bagi jamaah calon haji Indonesia.

Di Arafah nanti, Harun menyebut jamaah calon haji Indonesia akan menempati 73 maktab yang terdiri dari puluhan tenda. Masing-masing maktab akan ditempatkan satu orang koordinator.

 

Secara total akan ada 1.169 tenda yang disediakan untuk jamaah Indonesia dengan satu orang petugas yang berjaga di tiap tenda. Di dalam tenda tersebut dilengkapi berbagai fasilitas seperti kasur, AC, hingga listrik.

 

"Persiapan masih berlangsung dan yang jelas kelihatannya sudah mau selesai," kata Harun.

 

Kendati Satgas yang menjadi penanggung jawab di Arafah adalah petugas dari Daker Madinah, tapi Satgas-satgas dari Daker lain juga akan turut membantu demi kelancaran pelaksanaan wukuf.

 

Di Muzdalifah, kata dia, Satgas akan melakukan koordinasi untuk pelayanan pengawasan di Maktab. Mereka akan bergerak ke Muzdalifah pada 9 Dzulhijjah sore usai pelaksanaan wukuf di Arafah.

 

Petugas Sektor di maktab akan bertanggung jawab terhadap penempatan, kedatangan, dan keberangkatan serta memberikan pelayanan kepada jamaah lansia.

 

"Sektor Muzdalifah 1-14 melaksanakan tugas koordinasi pengawasan jamaah," kata Harun.

 

Sementara itu di Mina, Satgas dari petugas Makkah akan melakukan koordinasi persiapan pelaksanaan Satgas Mina, di Misi Haji, Pos Pengawasan Maktab, Pos Mina, dan pos rute Jamarat. Mereka akan diberangkatkan dari Arafah usai wukuf pada tanggal 9 Dzulhijjah sore.

 

"Petugas sektor di Maktab bertanggung jawab terhadap penempatan, kedatangan dan keberangkatan, konsumsi, serta layanan lansia," kata Harun.

 

Saat ini pihak Arab Saudi masih terus melakukan pembenahan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi para jamaah calon haji yang datang dari berbagai negara.

 

Harun menambahkan dengan adanya pembatasan yang dilakukan Kerajaan Arab Saudi diharapkan bisa membuat jamaah menjadi lebih nyaman pada pelaksanaan puncak ibadah haji karena hanya jamaah dengan visa haji resmi yang bisa masuk kawasan Armuzna.

 

"Oleh karena itu mudah-mudahan dengan adanya pemberlakuan ini, kita berharap bisa lebih nyaman bagi jamaah kita untuk melaksanakan ibadah hajinya," katanya.

Layanan bus

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi menyiapkan 10 bus di tiap-tiap maktab yang diisi jamaah calon haji Indonesia untuk angkutan dari Arafah ke Muzdalifah.

 

Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kemenag Subhan Cholid mengatakan pergerakan jamaah calon haji Indonesia dari Arafah pada operasional haji 1445 H/2024 M terbagi dalam dua skema, normal dan murur.

 

"Pola normal adalah sistem taraddudi (shuttle) yang mengantar jamaah dari Arafah menuju Muzdalifa," kata Subhan di Makkah, Sabtu.

 

Menurutnya, jamaah calon haji Indonesia saat di Arafah akan menempati 1.169 tenda yang terbagi dalam 73 maktab atau markaz. Setiap maktab akan disiapkan 10 bus yang akan membawa jamaah dari Arafah.

 

Enam bus di setiap maktab disiapkan untuk membawa jamaah dari Arafah ke Muzdalifah secara tarafuddi. Sementara empat bus disiapkan untuk membawa jamaah dari Arafah lalu melintas di Muzdalifah dan langsung ke Mina atau secara murur.

 

"Jadi untuk keperluan murur, akan disiapkan empat city bus per Maktab," kata Subhan.

 

Murur adalah mabit (bermalam) yang dilakukan dengan cara melintas di Muzdalifah, setelah menjalani wukuf di Arafah. Jamaah saat melewati kawasan Muzdalifah tetap berada di atas bus (tidak turun dari kendaraan), lalu bus langsung membawa mereka menuju tenda Mina.

 

Skema murur ini, rencananya akan diikuti oleh 25 persen jamaah calon haji Indonesia atau sekitar 55 ribu orang. Mereka yang akan diprioritaskan ikut dalam skema murur ini adalah jamaah dengan risiko tinggi (risti), lanjut usia (lansia), disabilitas, serta para pendamping lansia.

 

Menurut Subhan, setelah melakukan beberapa kali pertemuan dengan Masyariq dan Naqabah (institusi transportasi Saudi) yang juga dihadiri pihak Kementerian Haji dan Umrah, serta beberapa kali proses simulasi dan ujicoba, disepakati bahwa pergerakan jemaah dari Arafah, baik dalam skema normal atau murur, akan dilakukan secara bersamaan.

 

Keberangkatan jamaah dari Arafah, baik skema normal maupun murur akan berlangsung sejak 19.00 waktu Arab Saudi. Petugas akan mengatur pergerakan jamaah menuju pintu pemberangkatan jamaah di setiap Maktab.

 

"Setiap maktab memiliki dua halte keberangkatan. Satu pintu untuk pemberangkatan jamaah dari Arafah dalam skema normal, satu pintu lainnya untuk skema murur. Untuk memudahkan jamaah, dua pintu ini akan diberi tanda oleh Masyariq," kata Subhan.

 

Ia berharap proses pemberangkatan jamaah calon haji Indonesia dari Arafah dengan skema murur selesai pada 22.00 waktu Arab Saudi.

 
Berita Terpopuler