Video Call di Masjid Nabawi Berujung Ditangkap Polisi Arab Saudi

Merekam video dalam waktu panjang pantang dilakukan di Masjid Nabawi.

Dok Pribadi
Jurnalis Republika Karta Raharja Ucu.
Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Karta Raharja Ucu, Jurnalis Republika dari Madinah

"Assalamualaikum," kata seorang pria bertubuh tambun sembari menyalami tangan rekan saya dari Media Center Haji (MCH) 2024 berinisial SHD. SHD yang baru saja selesai melakukan video call live report dengan kantor beritanya di Jakarta tanpa curiga menyambut tangan pria yang hanya memakai kaos dan wajah yang ditutupi tersebut, "Waalaikumsalam."

"I'm police, please follow me," kata pria itu sembari menggiring SHD ke pintu gerbang 310 Masjid Nabawi, Madinah. Di pintu gerbang itu sudah ada dua polisi berseragam yang sedang bertugas.

Ketika diamankan polisi Arab Saudi, SHD tidak sendiri. Ada dua rekan anggota MCH 2024 yang juga ikut digiring ke pintu gerbang tersebut.

Baca Juga

Rekan saya pertama, sebut saja inisialnya TPK juga digiring karena berperan sebagai kameramen yang memegang HP milik SHD. Satu lagi adalah ASP yang ikut diamankan karena menemani SHD dan TPK merekam video dalam waktu lama di Masjid Nabawi.

Sialnya, saya yang baru selesai melakukan video call dengan istri dan anak-anak di Indonesia tidak tahu kalau mereka bertiga diamankan polisi tanpa seragam. Awalnya saya tidak termasuk yang diamankan. Tetapi karena saya menghampiri mereka yang sedang diinterogasi, membuat saya jadi ikut terlibat.

"Anzur 'iilaa hatifik (lihat HP Anda)," kata polisi yang tanpa seragam yang mengamankan kami.

Repotnya, tiga polisi yang menginterogasi... Baca di halaman selanjutnya...

Repotnya, tiga polisi yang menginterogasi kami terus-menerus bertanya dalam bahasa Arab. Ketika diajak berbicara dalam bahasa Inggris, mereka tidak bisa. Komunikasi kami pun jadi tidak berjalan karena keterbatasan bahasa.

Saya, ASP, TPK, SDH pun sibuk melapor ke Seksi Perlindungan Jamaah (Linjam) dan Seksi Khusus (Seksus) tentang insiden pengamanan oleh polisi Arab Saudi. Butuh waktu cukup lama hingga petugas dari Seksus datang membantu kami. Imbasnya, ngeri-ngeri sedap juga jika interogasi ini berlanjut ke kantor polisi.

Sementara karena terkendala bahasa, polisi tanpa seragam itu juga ternyata memanggil rekannya. Selama saling menunggu "bantuan" tersebut, tak ada senyum, tak ada tawa, karena memang kami tidak bisa berkomunikasi. Mereka belum bisa menjelaskan mengapa kami diamankan, walaupun kami sudah paham alasan dasarnya.

Dugaan kuat saya mengapa kami diamankan karena SHD melakukan pengambilan gambar video diam dalam waktu lama di wilayah Masjid Nabawi. Padahal, ini adalah salah satu pantangan atau larangan yang harus dihindari jamaah di Masjid Nabawi karena mengundang kecurigaan.

Selain mengambil video diam di tempat dalam waktu lama, Pemerintah Kerajaan Arab Saudi juga melarang sejumlah hal dilakukan di area Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Di antaranya membentangkan bendera atau spanduk, merokok, mengambil barang temuan, dan berkerumun dalam waktu lama. Lima larangan ini sering dilanggar jamaah haji ataupun umroh sehingga berpotensi diamankan polisi Arab Saudi.

Ketika polisi bantuan datang... Baca di halaman selanjutnya...

Ketika "polisi bantuan" datang, komunikasi menjadi lebih "nyambung" karena dia bisa berbahasa Inggris. Polisi yang datang juga tidak memakai seragam alias hanya kaosan seperti rekannya. Dia berkata jika mereka meminta penjelasan aktivitas yang kami lakukan sebelumnya.

SHD mencoba menjelaskan jika yang dilakukannya adalah melakukan video call dengan rekannya di Jakarta. Namun, polisi Saudi itu meminta bukti rekaman video call dan HP yang dipakai, jika tidak maka kami semua akan digiring ke kantor polisi untuk dimintai keterangan.

Interogasi yang awalnya cukup alot kemudian menemukan titik cerah setelah SHD berhasil meyakinkan mereka jika video call yang dilakukannya hanya pelaporan tentang informasi seputar kegiatan jamaah haji Indonesia di seputar Masjid Nabawi. Polisi Saudi itu khawatir kami memberikan laporan tentang keadaan yang terlarang di negara mereka seperti politik dan lainnya. Namun, ketika berhasil diyakinkan jika kami hanya mengabarkan tentang kebaikan-kebaikan di Masjidil Haram, kami dilepaskan.

"Are you police," tanya rekan saya TPK kepada polisi tanpa seragam.

"Ya."

"Why don't you wear a uniform?"

"Because I'm undercover police."

"Owh like FBI. FBI of Masjid Nabawi."

Guyonan TPK pun disambut tertawa oleh polisi berjenggot tersebut. Tertawanya menandakan guyonan itu berhasil mencairkan situasi. Kami lalu bersalaman, mereka berdua pergi, dan kami alhamdulillah tidak jadi dibawa ke kantor polisi.

 
Berita Terpopuler