Ini Laporan Awal Penyelidikan Kecelakaan Helikopter yang Tewaskan Presiden Iran Raisi

Hasil akhir penyelidikan akan dibagikan setelah penyelidikan selesai.

Republika/Thoudy Badai
Warga memanjatkan doa saat mengikuti kegiatan doa dan tahlilan atas wafatnya Presiden Iran Ebrahim Raisi di kediaman Duta Besar Iran untuk Indonesia di Jakarta, Rabu (22/5/2024). Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mohammad Boroujerdi bersama kerabat dan warga menggelar doa bersama dan tahlilan untuk mengenang wafatnya Presiden Sayed Ebrahim Raisi, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian dan seluruh delegasi dalam insiden kecelakaan helikopter.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran pada Kamis (23/5/2024) mengeluarkan laporan awal penyelidikan jatuhnya helikopter yang membawa Presiden Ebrahim Raisi, Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian dan rombongan mereka. Laporan tersebut membagikan informasi teknis dan umum serta temuan terkait kecelakaan yang telah dikumpulkan dan dievaluasi, dengan beberapa data memerlukan lebih banyak waktu untuk penilaian, lapor kantor berita resmi Iran, IRNA.

Baca Juga

Menurut evaluasi awal tersebut, helikopter presiden melanjutkan rute yang telah ditentukan tanpa mengubah jalur penerbangannya. Pilot berkomunikasi dengan pilot dua helikopter lainnya sekitar satu setengah menit sebelum kecelakaan terjadi.

Laporan tersebut mengindikasikan bahwa tidak ada bekas tembakan maupun kerusakan serupa ditemukan pada bagian helikopter yang tersisa dan bahwa helikopter terbakar ketika jatuh. Medan yang terjal, cuaca dingin, dan kabut di daerah tersebut membuat operasi pencarian dan penyelamatan berjalan lama dan lokasi kecelakaan baru dapat dicapai pada pagi hari.

Laporan itu menyatakan tidak ada keadaan yang mencurigakan yang ditemukan dalam komunikasi menara kendali dengan awak penerbangan. Hasil akhir penyelidikan akan dibagikan setelah penyelidikan selesai.

Pada 19 Mei, Presiden Raisi menghadiri upacara peresmian bendungan di perbatasan Iran-Azerbaijan dan kembali bersama Menteri Luar Negeri Amir-Abdollahian serta beberapa pejabat, helikopter Raisi kemudian jatuh. Atas permintaan Iran, Turki mengerahkan pesawat udara nirawak (UAV) AKINCI untuk kegiatan pencarian dan penyelamatan. Koordinat puing-puing helikopter yang terdeteksi oleh UAV Turki telah dibagikan kepada pihak berwenang Iran.

Tim Iran mencapai lokasi dan melaporkan tidak ada korban selamat. Menyusul konfirmasi kematian Raisi, Wakil Presiden Pertama Mohammad Mokhber diangkat sebagai presiden sementara, dan Wakil Menteri Luar Negeri Ali Bagheri Kani diangkat menjadi menteri luar negeri sementara.

Sebelumnya, mantan Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif menyalahkan Amerika Serikat (AS) atas insiden kecelakaan helikopter yang menewaskan Presiden Iran Ebrahim Raisi. Menurut Zarif, sanksi dari AS yang selama ini dijatuhkan kepada Iran menjadi penyebab kecelakaan.

Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi nasional Iran, Zarif mengatakan, sanksi AS selama ini membuat akses Iran terhadap modernisasi sistem aviasi menjadi terbatas. Kondisi itu kemudian diyakininya berperan pada jatuhnya helikopter yang ditumpangi Raisi dan rombongan, termasuk Menlu Hossein Amir-Abdollahian di kawasan pegunungan Barat laut Iran.

"Salah pihak yang bertanggung jawab terhadap tragedi kemarin adalah AS, karena sanksi-sanksi mereka yang mencegah Iran memiliki akses dalam pengadaan suku cadang penerbangan," kata Zarif dikutip Iran International, Senin (20/5/2024).

Pernyataan Zarif mengemuka di tengah meningkatnya tensi geopolitik di mana Iran terus meningkatkan kerja sama dengan Rusia dan China. Namun, mengapa Iran masih mengandalkan helikopter generasi tua produksi AS seperti Bell 212.

Helikopter Bell 212 adalah helikopter sipil yang produksinya diadaptasi dari helikopter era Perang Vietnam, UH-1N "Twin Huey". Dikembangkan pada akhir 1960-an untuk militer Kanada, Bell 212 diperkenalkan pada 1971 dan dikembangkan untuk membawa muatan yang lebih berat dengan mesin turbo ganda.

 
Berita Terpopuler