Perilaku Sederhana Berpahala untuk Sesama Muslim

Sesama Muslim harus saling membantu.

Edi Yusuf/Republika
Ilustrasi sesama Muslim saling mendoakan.
Rep: mgrol 151 Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perilaku baik bernilai ibadah yang terus dilakukan akan bermanfaat bagi orang lain. Setiap umat Muslim yang beriman pasti selalu mencari cara untuk bisa menambah pahala bagi dirinya. 

Baca Juga

Amal dalam Islam mengacu pada segala tindakan baik, perbuatan shaleh, dan ibadah yang dilakukan dengan niat ikhlas semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Amalan yang dilakukan seseorang juga hendaknya tidak terfokus untuk diri sendiri, tetapi juga bisa berguna bagi orang lain.

Berikut perilaku baik yang bisa dilakukan untuk menambah kebaikan.

Pertama, menyayangi hewan

Islam memandang hewan sebagai makhluk Allah yang layak untuk diperlakukan dengan kasih sayang, belas kasihan, dan penuh perhatian. Salah satu bentuk kasih sayang terhadap hewan adalah dengan memberi makanan dan minuman, tidak melakukan kekerasan, menyediakan tempat yang layak, dan lain sebagainya. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati seekor unta yang punggungnya menempel dengan perutnya (artinya: kelihatan begitu kurus karena tidak terurus). Beliau bersabda:

اتَّقُوا اللَّهَ فِى هَذِهِ الْبَهَائِمِ الْمُعْجَمَةِ فَارْكَبُوهَا صَالِحَةً وَكُلُوهَا صَالِحَةً

Bertakwalah kalian kepada Allah pada binatang-binatang ternak yang tak bisa berbicara ini. Tunggangilah ia dengan baik-baik, makanlah pula dengan cara yang baik. (HR. Abu Daud).

Kedua, membantu orang kurang mampu

Islam tidak hanya memandang bantuan kepada sesama sebagai tindakan mulia, tetapi juga sebagai kewajiban moral yang harus dipenuhi oleh setiap Muslim, terutama membantu orang yang kurang mampu. 

Dalam Alquran maupun hadis Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam terdapat banyak perintah dan contoh yang menggarisbawahi pentingnya kepedulian dan keterbagian dalam membantu orang-orang yang membutuhkan. Salah satunya dalam Surat Al-Baqarah ayat 273 Allah ta’ala berfirman:

لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي الْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا ۗ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

 

(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari meminta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 273)

 

KETIGA...Lihat halaman berikutnya >>>

 

Ketiga, menyingkirkan gangguan di jalanan

Amalan sederhana yang bisa dilakukan umat Muslim yaitu menyingkirkan gangguan dari jalanan. Terlihat sepele tapi hal tersebut sangat membantu setiap orang yang akan melintas di jalanan. 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ

Iman itu ada 70 atau 60 sekian cabang. Yang paling tinggi adalah perkataan ‘laa ilaha illallah’ (tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah), yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan, dan sifat malu merupakan sebagian dari iman. (HR. Bukhari, no. 9 dan Muslim, no. 35).

Contoh gangguan dari jalanan biasanya pohon, sampah, atau hal-hal lain yang bisa mengganggu perjalanan orang lain. 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِى بِطَرِيقٍ وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ عَلَى الطَّرِيقِ فَأَخَّرَهُ ، فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ ، فَغَفَرَ لَهُ

 

Ketika ada seorang laki-laki sedang berjalan ia menemukan dahan pohon berduri di tengah jalan, lantas ia menyingkirkannya, maka Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuninya. (HR. Bukhari, no. 652 dan Muslim, no. 1914).

 
Berita Terpopuler