Ini Surat Mundur Staf Khusus Yahudi AS yang Pilih Bela Palestina daripada Israel

Staf khusus Yahudi pemerintahan Biden memilih mundur dari jabatannya.

EPA-EFE/CHRIS KLEPONIS
US President Joe Biden makes a statement on the campus unrest, in the Roosevelt Room of the White House in Washington, DC, USA, 02 May 2024. In his remarks, the president stated that racism and anti-semitism have no place in America. Nationwide protests have sprung up across the country on school campuses, many calling for institutions to divest investments in Israel and in support of a ceasefire in the Gaza conflict.
Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang staf keturunan Yahudi mengundurkan diri dari jabatannya di Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat. Ia mundur sebagai protes terhadap kebijakan Presiden Joe Biden yang terus mendukung perang Israel di Gaza.

Lily Greenberg Call mundur sebagai asisten khusus kepala staf di Depdagri AS dengan menyebut warisan Yahudi dan hubungannya dengan Israel dalam surat pengunduran dirinya. Demikian menurut Politico.

Baca Juga

"Saya tidak dapat lagi dengan hati nurani terus mewakili pemerintahan ini di tengah dukungan Presiden Biden terhadap (tindakan) genosida Israel yang terus menerus membawa bencana di Gaza," tulis dia.

Greenberg Call diketahui sebagai pegawai keturunan Yahudi pertama yang secara terbuka mengundurkan diri untuk melawan dukungan Biden terhadap Israel.

Dia juga merupakan orang keenam yang mundur dari pemerintahan karena kebijakan AS untuk Israel.

Dalam suratnya, dia juga menyebutkan bahwa Biden "memiliki kekuatan untuk menyerukan gencatan senjata yang langgeng, menghentikan pengiriman senjata ke Israel, dan mengondisikan bantuan." Akan tetapi, katanya, Biden malah mendukung dan melegitimasi tindakan Israel.

Surat itu juga merujuk pada Hari Nakba, istilah yang digunakan untuk menandai peringatan penerbangan dan pengusiran hampir 700 ribu warga Palestina sebelum dan selama perang Arab-Israel tahun 1948 setelah berdirinya negara Zionis tersebut.

Pemerintah Biden mengatakan kepada Kongres AS pada Selasa bahwa mereka memiliki kesepakatan baru pengiriman senjata ke Israel senilai lebih dari 1 miliar dolar AS (sekitar Rp 16 triliun), kurang dari seminggu setelah AS menghentikan pengiriman karena operasi militer Israel di Rafah.

Paket baru itu akan mencakup potensi transfer amunisi tank senilai 700 juta dolar AS, kendaraan taktis senilai 500 juta dolar, dan mortir senilai 60 juta dolar.

 
Berita Terpopuler