Israel Terkejut, Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Otoritas Zionis Merasa Kecolongan?

Pejabat Israel menduga banyak poin baru dalam kesepakatan gencatan senjata itu.

EPA
Pengungsi Palestina pergi dengan membawa barang-barang mereka menyusul perintah evakuasi yang dikeluarkan oleh tentara Israel, di Rafah, Jalur Gaza selatan, Rabu (7/5/2024).
Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Israel terkejut saat mengetahui Hamas menerima usulan gencatan senjata terbaru, yang disusun mediator Qatar dan Mesir. Mereka baru mengetahui tanggapan gerakan Palestina itu satu jam setelah dirilis. Demikian menurut laporan Axios pada Selasa (7/5/2024).

Sebelumnya pada Senin, Hamas memberi tahu Qatar dan Mesir bahwa pihaknya menyetujui persyaratan kesepakatan gencatan senjata yang mereka susun.

Baca Juga

Usulan tersebut menetapkan tiga tahap dalam 42 hari. Selama periode itu, gencatan senjata menyeluruh di Jalur Gaza serta pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina diharapkan sudah bisa selesai.  

 

Selain diduga terlambat diberi tahu tentang keputusan Hamas, para pejabat Israel itu kepada Axios mengatakan mereka marah bahwa usulan yang diterima oleh gerakan Palestina itu diduga mengandung 'banyak elemen baru' yang belum dibahas dengan Israel.

"Jadinya seperti proposal yang benar-benar baru," sebut salah satu pejabat Israel yang dikutip situs berita Amerika itu.

Usulan baru yang diduga tidak dibahas dengan Israel itu, disampaikan para mediator kepada delegasi Hamas selama kunjungan mereka ke Kairo akhir pekan lalu. Demikian menurut para pejabat Israel kepada Axios.


Sementara itu, sumber yang mengetahui perundingan tersebut mengatakan Amerika Serikat juga telah mengundang perwakilan Israel untuk mengunjungi Kairo bersama Hamas. Namun namun anjuran itu ditolak. 

"Otoritas Israel merasa sangat kecewa dengan peran Washington sebagai mediator dengan Hamas," lapor Axios.

Direktur CIA Bill Burns, yang berpartisipasi dalam tahap perundingan baru-baru ini di Kairo dan Doha, mengetahui usulan “baru” tersebut. Namun, menurut laporan Axios, kepala badan intelijen AS itu diduga tidak memberi tahu Israel soal usulan 'baru'. 

Sementara itu, seorang pejabat senior AS mengatakan kepada Axios bahwa diplomat-diplomat Amerika telah menjalin kontak dengan mitra-mitra mereka dari Israel, dan menekankan bahwa tak ada kejutan.

Pasukan Pertahanan Israel pada Senin memulai operasi militer di bagian timur Rafah, setelah mendesak penduduk disana untuk evakuasi. Lebih dari satu juta orang diyakini berlindung di kota tersebut.

Gerakan Palestina Hamas mengatakan pihaknya telah menyetujui ketentuan perjanjian gencatan senjata Gaza yang diusulkan oleh Mesir dan Qatar, namun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut perjanjian itu tidak dapat diterima.

 
Berita Terpopuler