Israel Tutup Perbatasan untuk Pengiriman Bantuan ke Gaza

PRCS memperingatkan akan adanya bencana kemanusiaan di Rafah.

AP Photo/Fatima Shbair
Heba al-Haddad, kanan, dan keluarganya yang mengungsi dari Kota Gaza, berdiri di kamp tenda darurat di Rafah, Gaza selatan, Jumat, 29 Maret 2024.
Rep: Lintar Satria Red: Setyanavidita livicansera

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Militer Israel mengonfirmasi mereka menutup penyeberangan Karem Abu Salem (Kerem Shalom), penyeberangan bantuan utama dari wilayah Israel ke Gaza untuk hari kedua karena “alasan keamanan”.

Baca Juga

Dikutip dari Aljazirah, Senin (6/5/2024) unit Kementerian Pertahanan Israel yang bertanggung jawab untuk mengatur masuknya bantuan ke Jalur Gaza (COGAT) mengatakan 35 truk bantuan menyeberang ke Gaza utara pada Senin (6/5/2024) melalui penyeberangan Beit Hanoon yang dibuka kembali pekan lalu untuk pertama kalinya sejak dimulainya perang.

Penyeberangan Karem Abu Salem ditutup pada Ahad (5/5/2024) setelah Hamas menembakkan 10 roket ke sebuah instalasi militer di dekat penyeberangan, menewaskan empat tentara Israel dan melukai sedikitnya 10 orang lainnya. Sebelumnya dilaporkan dalam pernyataannya Gedung Putih mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada Presiden AS Joe Biden ia setuju untuk membuka kembali penyeberangan Karem Abu Salem.

Sementara itu, Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan ribuan orang terlihat mengungsi dari daerah-daerah di sebelah timur Rafah setelah adanya perintah dari Israel menjelang serangan militer. “Hal ini bertepatan dengan meningkatnya serangan udara Israel ke daerah-daerah di sebelah timur kota Rafah,” kata PRCS dalam unggahannya di media sosial X.

Unggahan itu disertai dengan video yang menunjukkan orang-orang yang melarikan diri dengan barang-barang mereka. “PRCS memperingatkan akan adanya bencana kemanusiaan bagi warga sipil di Rafah,” tambah kelompok tersebut.

“Jumlah warga yang bergerak dari wilayah timur Rafah menuju ke arah barat sangat banyak, terutama setelah pengeboman yang semakin intensif, ada ribuan warga yang meninggalkan rumah mereka,” kata kata juru bicara PRCS, Osama al-Kahlout.

 
Berita Terpopuler