Muslim Inggris Diserang Pasukan Israel Saat Sholat di Masjid Al Aqsa

Tentara Israel menyeretnya dan menyebabkan keributan tanpa alasan apa pun.

AP Photo/Mahmoud Illean
Warga Palestina menghadiri perayaan hari raya Idul Fitri di dekat kuil Kubah Batu di kompleks Masjid Al Aqsa di Kota Tua Yerusalem, Rabu, (10/4/2024).
Rep: Muhyiddin Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekelompok Muslim Inggris yang mengunjungi kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur mengklaim mereka diusir secara paksa dan diserang oleh pasukan Israel. Mereka mengecam insiden tersebut sebagai pembatasan ibadah dan pelanggaran hak asasi manusia yang terang-terangan.

Menurut saksi mata Raz Ahmed, Ismail Hasan, dan Syed Ibrahim, mereka menjadi sasaran tentara Israel saat melakukan sholat di ruang sholat Bab al-Rahma di dalam kompleks masjid pada malam hari raya Idul Fitri.

“Kami berada di Masjid Al-Aqsa di Masjid Bab al-Rahma, yang berada di sisi kiri Kubah Batu, dan kami sedang sholat. Saya duduk dan kemudian seorang pria, yang mungkin tingginya sekitar enam kaki, datang dan menarik saya dengan sangat kuat," kata Syed Ibrahim, dilansir dari Anadolu Agency, Kamis (18/4/2024).

Menurut Ibrahim, pria tersebut menyeretnya keluar. Pria itu menaruh sepatu botnya di atas kakinya dengan cukup keras. Kemudian, orang yang sama memukul Ibrahim dengan tongkat dan mengenai jam tangannya.

“Dia memecahkan arlojiku hingga berkeping-keping. Tentara Israel menyebabkan keributan tanpa alasan apa pun,” jelas Ibrahim.

Baca Juga

Selanjutnya...

Sementara, Ismail Hasan, yang berusaha merekam penggerebekan masjid, menggambarkan pengalamannya. "Salah satu tentara menunjuk saya dan berkata, 'Lihat, dia merekam.' Jadi mereka menarik kaus saya, dan mendorong saya keluar, meninju punggung saya, dan menendang kaki saya."

Hasan tahu apa yang mereka coba lakukan. Menurut Hasan, mereka mencoba mengintimidasinya hanya untuk mendapatkan reaksi.

“Jadi saya hanya tersenyum, mengatakan apa yang saya lakukan? Apa yang saya lakukan? Dan saya tahu para pengecut, karena jika Anda melihat menatap mata mereka dan bertanya, mereka memalingkan muka, tidak bisa menjawab,” kata Hasan.

Ditodong Pistol

Saksi lain kekerasan tersebut, Raz Ahmed mengatakan, sholatnya terhenti karena serangan tentara Israel tersebut. “Seorang tentara mendorong saya, namun saya tidak bergerak. Dia mendorong saya lagi dan menyuruh saya pergi ke sudut,” kata Ahmed.

"Saya bilang dengar, kami di sini untuk berdoa. Saat itu, salah satu dari mereka menodongkan pistol ke wajah saya, lalu dada. Saya bilang, apa?" jelas Ahmed.

Selanjutnya...

Lalu, tentara Israel yang menodongkan pistol itu memerintahkan agar Ahmed tidak bergerak. Pria itu mencoba mengintimidasi Ahmed tanpa alasan yang jelas.

"Kemudian dia hanya meletakkannya dan berkata jangan bergerak. Apa yang mereka lakukan adalah mengintimidasi kami tanpa alasan sama sekali," ucap Ahmed.

Ahmed menarik perhatian pada fakta bahwa umat Islam belum bisa beribadah dengan bebas di Palestina. Menurut dia, inilah yang dihadapi rakyat Palestina setiap hari.

"Ini adalah sesuatu yang dihadapi rakyat Palestina setiap hari. Ini adalah sistem apartheid terbuka. Kami sedang mengalaminya sekarang, namun rakyat Palestina menghadapi hal ini setiap hari. Dan jangan lupakan genosida yang terjadi di Gaza. Semuanya saling berhubungan,” kata Ahmed.

Sementara itu, Kelompok advokasi CAGE yang berbasis di Inggris telah mendesak Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron untuk mengutuk serangan tentara Israel terhadap jamaah Inggris tersebut.

Selanjutnya...

“Entitas apartheid yang sangat didukung oleh pemerintah saat ini sedang diselidiki oleh ICJ atas niatnya melakukan genosida ketika Israel terus melancarkan perang terhadap rakyat Palestina di Gaza,” kata CAGE.

Israel telah melancarkan serangan militer mematikan di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas pada 7 Oktober 2023 lalu yang dipimpin oleh Hamas dan menewaskan sekitar 1.200 warga Israel.

Hampir 33.900 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas di Gaza, dan lebih dari 76.500 orang terluka akibat kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok.

Menurut PBB, perang Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza mengungsi di tengah blokade yang melumpuhkan sebagian besar makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang pada Januari 2024 mengeluarkan keputusan sementara yang memerintahkan Tel Aviv untuk memastikan pasukannya tidak melakukan tindakan genosida, dan menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.

 
Berita Terpopuler