Pendeta Gilbert Ledek Gerakan Sholat, Duduk Tasyahud Terbukti Bermanfaat Secara Medis

Gerakan sholat telah banyak diteliti manfaatnya secara medis.

republika
Muslim sholat berjamaah (Ilustrasi). Setiap gerakan sholat mendatangkan manfaat tersendiri bagi kesehatan.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ceramah pendeta Gilbert Lumoindong menjadi viral di media sosial karena menyinggung soal besaran zakat dalam Islam dan juga gerakan sholat. Dalam ceramahnya yang disiarkan secara daring itu, pendeta Gilbert menyebut gerakan duduk dalam sholat (tahiyat) sebagai suatu hal yang sulit dilakukan.

Padahal, manfaat gerakan sholat sejatinya telah banyak diteliti secara global. Hasil studi menunjukkan segudang manfaat gerakan sholat secara medis.

Khusus tasyahud atau tahiyat, gerakannya melibatkan duduk di lantai dengan kedua kaki dilipat, sehingga tumit menyentuh daerah gluteal dan tangan diletakkan di atas lutut. Ketika melakukan gerakan ini, otot-otot di bagian depan pergelangan kaki dan kaki menjadi teregangkan.

Gerakan ini meregangkan tibalis anterior, ekstensor hallucis longus (dengan jari kaki diluruskan), otot paha depan dan gluteus (sementara lutut dan pinggul dilemaskan). Temuan itu diungkapkan Gazal Kamran, fisioterapis dan rehabilitasi medis senior dari Al Ain Hospital di Uni Emirat Arab, melalui publikasi 2017 Researchgate.net, Kamis (18/4/2024).

Menurut Kamran, ketika duduk tasyahud, rentang gerak dalam penuh pada sendi lutut tercapai dan ini mencegah terbatasnya jangkauan sendi yang paling sering terlihat pada pasien dengan masalah lutut degeneratif. Sendi lutut tercatat mencapai fleksi maksimal ketika duduk tasyahud.

Baca Juga

Manfaat sholat bagi kesehatan. - (Dok. Republika)


Gerakan duduk di antara dua sujud juga dikenal dengan manfaat melancarkan pencernaan. Gerakan tasyahud meningkatkan fungsi hati dan mengendurkan usus, yang kemudian akan memfasilitasi pergerakan usus dalam tubuh.

Selain tasyahud, semua gerakan dalam sholat juga telah diteliti dan terbukti manfaatnya untuk kesehatan. Menurut penelitian di Binghamton University, State University of New York, Binghamton, AS, gerakan fisik kompleks dari sholat bisa mengurangi nyeri punggung bawah jika dilakukan secara teratur dan benar.

"Gerakan-gerakan tersebut mirip dengan yoga atau latihan intervensi terapi fisik yang digunakan untuk mengobati nyeri pinggang," kata Profesor dan Systems Science and Industrial Engineering Department Chair Mohammad Khasawneh.

Penulis An ergonomic study of body motions during Muslim prayer using digital human modelling itu mengatakan, penelitiannya berfokus secara khusus pada praktik sholat Islam. Gerakan serupa juga ditemukan dalam ritual sholat Kristen dan Yahudi, serta yoga dan terapi fisik.

"Sholat dapat menghilangkan stres fisik dan kecemasan, sementara ada juga penelitian yang menunjukkan bahwa ritual sholat dapat dianggap sebagai pengobatan klinis yang efektif untuk disfungsi neuro-muskuloskeletal," kata Khasawneh dikutip dari laman Hindustan Times.

Para peneliti menganalisis statistik berdasarkan pergerakan model manusia digital yang dihasilkan komputer dari pria dan wanita sehat di India, Asia, dan Amerika, serta model dengan nyeri punggung bawah. Hasil penelitian tersebut diterbitkan dalam International Journal of Industrial and Systems Engineering.

Khasawneh dan rekan menemukan bahwa posisi rukuk adalah yang paling membuat tekanan pada punggung bagian bawah. Namun, bagi individu dengan nyeri punggung bawah, menggunakan sudut lutut dan punggung dengan tepat selama gerakan rukuk dapat mengurangi rasa sakit.


Kekuatan kompresi maksimum yang dihasilkan selama gerakan sholat jauh lebih rendah daripada batas keamanan Institut Nasional untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja (NIOSH). Gerakan tersebut dapat dianggap sebagai pengobatan klinis untuk nyeri pinggang karena melibatkan gerakan tubuh manusia yang berbeda secara teratur.

"Posisi sujud meningkatkan elastisitas sendi. Dianjurkan bagi orang-orang untuk menghabiskan lebih banyak waktu dalam posisi sujud," kata Khasawneh.

Penelitian lebih lanjut dinilai diperlukan pada individu dengan disabilitas fisik, pada mereka yang memiliki tipe tubuh lebih ekstrem, dan ibu hamil. Khasawneh dan rekan berencana untuk memvalidasi temuannya dengan eksperimen fisik menggunakan sensor dan kamera untuk mengetahui tekanan pada bagian-bagian tubuh saat sholat.

 
Berita Terpopuler