Israel Bunuh Tiga Putra dan Dua Cucu Pemimpin Hamas

Haniyeh menjadi wajah perundingan sulit dalam sepanjang perang Israel.

AP Photo/Ohad Zwigenberg
Pasukan Israel berjalan di Jalur Gaza terlihat dari Israel selatan, Kamis, 21 Desember 2023.
Rep: Lintar Satria Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,GAZA -- Tiga putra pemimpin Hamas Ismail Haniyeh syahid dalam serangan udara Israel di Gaza. Hamas dan keluarga Haniyeh mengatakan Hazem, Amir, dan Mohammed meninggal dunia dalam serangan ke mobil yang mereka kendarai di kamp Al-Shati.

Baca Juga

Media Hamas mengatakan dua cucu Haniyeh juga syahid dalam serangan tersebut. Satu cucunya juga ikut terluka.

"Tuntutan kami jelas dan spesifik dan kami tidak akan mengambil konsensi, musuh akan delusional bila mereka mengira mengincar putra-putra saya, di klimaks negosiasi dan sebelum gerakan mengerahkan respon, akan mendorong Hamas mengubah posisinya," kata Haniyeh pada Aljazirah bahasa Arab, Rabu (10/4/2024).

"Darah putra-putra saya tidak lebih berharga dari darah rakyat kami," kata Haniyeh yang berada di Qatar.

Haniyeh menjadi wajah perundingan sulit dalam sepanjang perang Israel di Jalur Gaza. Rumah keluarganya di kantong pemukiman itu hancur dalam serangan udara Israel bulan November lalu.

Hamas mengatakan mereka sedang mempelajari proposal gencatan senjata Israel tapi Israel "tidak berkompromi" dan proposal itu tidak memenuhi tuntutan rakyat Palestina. Dalam serangan udara dan darat Israel yang memasuki bulan ketujuh, Hamas ingin Israel menghentikan operasi militer dan menarik pasukannya dari Gaza dan mengizinkan pengungsi Palestina pulang.

Dalam unggahan di media sosial Facebook putra tertua Haniyeh mengkonfirmasi kematian saudara-saudaranya. "Terima kasih kepada Allah yang memuliakan kami dengan kesyahidan saudara-saudara saya, Hazem, Amir dan Mohammad serta anak-anak mereka," tulis Abdel-Salam Haniyeh.

Haniyeh yang ditunjuk untuk memimpin Hamas pada 2017 lalu berpindah-pindah dari Turki dan Doha, Qatar....

Haniyeh yang tunjuk untuk memimpin Hamas pada 2017 lalu berpindah-pindah dari Turki dan Doha, Qatar. Ia menghindari larangan berpergian yang diterapkan Israel di Gaza dan membuatnya dapat bertindak sebagai negosiator dalam negosiasi gencatan senjata atau berkomunikasi dengan Iran, salah satu sekutu terkuat Hamas.

Israel menganggap seluruh pemimpin Hamas sebagai teroris dan menuduh Haniyeh dan pemimpin kelompok perjuangan itu terus "menjalankan orgasisasi teror Hamas."

Namun, seberapa jauh Haniyeh mengetahui tentang serangan lintas batas 7 Oktober yang dilakukan Hamas yang berbasis di Gaza masih belum jelas. Rencana serangan yang disusun oleh dewan militer Hamas di Gaza tersebut merupakan rahasia yang dijaga ketat sehingga beberapa pejabat Hamas di luar negeri tampak terkejut dengan waktu dan skalanya.

 

 
Berita Terpopuler