Joaquin Phoenix, Aktor Yahudi yang Tolak Pembungkaman Soal Gaza

Phoenix teken surat dukungan untuk sutradara yang soroti konflik Israel-Palestina.

AP
Aktor Joaquin Phoenix dalam film Joker. Phoenix dan seratusan pekerja kreatif Hollywood keturunan Yahudi teken surat dukungan untuk Jonathan Glazer.
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Joaquin Phoenix telah menunjukkan sikapnya mengenai pembungkaman pekerja kreatif di Hollywood soal genosida terhadap warga Palestina di Gaza. Aktor keturunan Yahudi itu memilih untuk berpihak kepada sutradara The Zone of Interest, Jonathan Glazer, yang menyuarakan kebiadaban Israel di panggung Oscar 2024.

Dilansir Jewish Tampa, Phoenix telah menerima tiga nominasi Oscar sebelumnya dan meraih piala Golden Globe untuk perannya dalam film Walk the Line serta Joker. Pria yang memiliki nama lahir Joaquin Rafael Bottom itu juga memenangkan kategori Aktor Utama di Screen Actors Guild Awards pada 19 Januari 2020 sebelum meraih Oscar pada tahun yang sama.

Baca Juga

Dalam sebuah wawancara, Phoenix mengungkapkan bahwa dia adalah seorang Yahudi sekuler yang tidak memiliki afiliasi dengan agama terorganisir manapun. Ibunya merupakan keturunan Yahudi dari New York, sementara ayahnya orang California.

Kedua orang tuanya merupakan misionaris Children of God. Meskipun lahir dari orang tua dengan latar belakang yang berbeda, Phoenix tumbuh dalam lingkungan yang membiarkan anak-anaknya menemukan jalan spiritual mereka sendiri.

Meskipun demikian, Phoenix dengan tegas menyatakan identitasnya sebagai seorang Yahudi. Selain prestasinya di dunia perfilman, Phoenix juga dikenal sebagai seorang aktivis yang peduli dengan isu-isu sosial.

Keberaniannya dalam mengambil peran yang mendalam dalam film-film yang menggugah, seperti Joker telah menunjukkan komitmennya membawa kesadaran akan berbagai masalah yang memengaruhi masyarakat. Phoenix yang lahir pada 28 Oktober 1974 adalah sosok yang tak hanya memukau melalui peran-perannya di layar, tetapi juga melalui keberanian dan kejujuran dirinya di luar panggung.

Sementara itu, film baru Phoenix, yakni Joker 2 mendapat klasifikasi R alias Restricted (terbatas) oleh Motion Picture Association of America (MPAA) karena adegan penuh kekerasan dan adegan singkat telajang bulat. Film yang diberi judul Folie à Deux itu menjadi musikal dengan menampilkan setidaknya 15 lagu cover yang sangat terkenal, serta kemungkinan adanya lagu asli yang akan ditambahkan ke dalam film tersebut.

Dilansir Variety, salah satu lagu yang disebutkan adalah "That’s Entertainment" dari musikal "The Band Wagon" tahun 1953, yang secara legendaris dikaitkan dengan Judy Garland. Meskipun detail spesifik tentang plot Folie à Deux belum diungkap secara resmi, film ini digambarkan sebagai sebuah drama dengan elemen yang berlangsung di dalam dan sekitar Arkham Asylum.

Selain Phoenix dan Lady Gaga, para pemerannya juga mencakup nama-nama seperti Zazie Beetz, Catherine Keener, dan Brendan Gleeson. Todd Phillips berkolaborasi dengan Scott Silver dalam penulisan skenario.

Produksi Joker 2 menghadapi anggaran yang signifikan, mendekati angka 200 juta dolar AS (sekitar Rp 3,1 triliun). Dijadwalkan rilis pada 4 Oktober 2024, sekuel ini termasuk salah satu rilisan paling dinanti Warner Bros tahun ini, bergabung dengan film-film lain seperti Furiosa: A Mad Max Saga dan Beetlejuice Beetlejuice.

Aliran Dukungan Pekerja Kreatif Yahudi untuk Jonathan Glazer

Sebuah gelombang solidaritas telah menggema di kalangan komunitas Yahudi di Hollywood. Lebih dari 150 seniman, pembuat film, penulis, dan profesional kreatif Yahudi menandatangani surat terbuka untuk mendukung pidato Jonathan Glazer di Oscar 2024.

Selain Joaquin Phoenix, ada Elliott Gould, Chloe Fineman, dan peraih nominasi Oscar tiga kali Debra Winger turut meneken surat itu. Mereka mengekspresikan keheranannya atas respons keras terhadap pidato Glazer.

Dilansir Variety pada Senin (8/4/2024), dalam surat terbuka tersebut, para penandatangan juga menyampaikan belasungkawa mereka kepada semua korban yang telah terbunuh dalam konflik berkepanjangan di wilayah Palestina dan Israel. Surat terbuka itu juga menyoroti pentingnya kebebasan berpendapat dan perbedaan pendapat dalam industri hiburan.

Mereka menegaskan bahwa pernyataan seperti yang diucapkan oleh Glazer, Tony Kushner, Steven Spielberg, dan seniman lainnya seharusnya tidak dipandang sebagai penghinaan, tetapi sebagai panggilan untuk bertindak. Glazer, yang menerima penghargaan Oscar dalam kategori tertentu, menghadapi reaksi yang kontroversial atas pidatonya di Oscar.

Dukungan yang diberikan oleh lebih dari 150 profesional Yahudi, termasuk beberapa nama besar di industri, itu disebut menunjukkan pentingnya mendengarkan dan memahami perspektif yang beragam dalam menanggapi isu-isu yang kompleks di panggung global saat ini. Surat terbuka tersebut menegaskan bahwa mereka adalah orang yang bangga dengan keyahudiannya, namun mengecam penggunaan identitas Yahudi dan ingatan akan Holocaust untuk membenarkan apa yang oleh banyak ahli hukum internasional telah diidentifikasi sebagai "genosida yang sedang terjadi" di Palestina.

Mereka menolak pilihan yang salah antara keamanan Yahudi dan kebebasan Palestina dan mendukung gencatan senjata permanen serta pemulangan semua sandera dengan selamat. Para penandatangan surat terbuka itu mengakhiri pernyataan mereka dengan menghormati kenangan Holocaust.

 
Berita Terpopuler