Tafsir Al Hujurat Ayat 12: Apa itu Prasangka dan Mengapa Dosa?

Allah menjelaskan prasangka itu dosa.

Dok Republika
Ilustrasi mengaji ayat tentang prasangka.
Rep: Umar Mukhtar Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Surat Al Hujurat ayat 12 menjelaskan soal prasangka. Namun apa itu prasangka dan mengapa berdosa jika melakukannya? Allah SWT berfirman:

Baca Juga

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang." (QS. Al Hujurat ayat 12)

Mufti Mesir Dr Syauqi Alam menjelaskan, syariat Islam melarang berprasangka buruk kepada orang lain. Prasangka yang dimaksud di sini ialah yang berkaitan dengan keadaan orang lain.

Kalimat 'sebagian prasangka itu dosa' merupakan metafora tentang perlunya bagi setiap Muslim untk merenung akibat-akibat apa saja yang akan terjadi jika dia menyimpan prasangka kepada orang lain.

Kalimat tersebut sejatinya bukanlah penjelasan atas banyaknya jenis prasangka, melainkan sebagai perintah untuk menghindarinya. Dibandingkan menghitung jenis-jenisnya, lebih baik mewaspadai akibat yang ditimbulkan dari prasangka.

Nabi Muhammad SAW juga pernah berpesan ihwal prasangka ini. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

«إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ، وَلَا تَحَسَّسُوا، وَلَا تَجَسَّسُوا، وَلَا تَحَاسَدُوا، وَلَا تَدَابَرُوا، وَلَا تَبَاغَضُوا، وَكُونُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا» متفق عليه.

"Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah kalian saling mendiamkan, janganlah suka mencari-cari isu, saling mendengki, saling membelakangi, serta saling membenci, tetapi, jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara." (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

 

Hadits ini berisi peringatan agar tidak berpikiran buruk terhadap umat Islam tanpa pengetahuan atau kepastian. Pesan yang terkandung dalam hadits tersebut yakni pesan untuk meninggalkan terwujudnya suatu kecurigaan yang merugikan orang-orang yang dicurigainya.

Imam Al-Qurtubi mengatakan, prasangka yang dimaksud pada ayat 12 Surat Al Hujurat adalah tuduhan yang tidak ada dasarnya. Hal ini seperti seseorang yang menuduh seseorang berbuat tercela tanpa menunjukkan bukti. 

Guru Besar pada Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, Syekh Dr Muhammad Bakr Ismail menjelaskan, siapapun tidak boleh menaruh curiga atau menuduh seseorang tanpa bukti dan hanya berdasar kecurigaan.

"Jika itu dilakukan maka ia berdosa dan di saat itulah pintu tobat terbuka. Sedangkan orang yang dituduh harus memaafkannya. Ini lebih dekat pada pertobatan yang sebenarnya," kata dia. 

Syekh Bakr Ismail melanjutkan, orang yang menaruh curiga atau membuat tuduhan kepada orang lain dan tuduhan ini salah, maka harus segera meminta maaf atas apa yang dilakukannya. Sebab, jika tidak meminta maaf, dapat merusak tali silaturahmi atau bahkan menjadi terputus.

"Maka biarkan dia melakukan permintaan maaf dengan kebaikan yang dianggapnya paling baik. Ini menjadi penebusan dosa atas prasangka buruk yang dibuatnya. Dan semoga Allah menerima tobat dari mereka yang memiliki prasangka buruk. Dia-lah Yang Maha Pengaish dan Maha Penyayang," ujarnya. 

Dalam hadits riwayat Imam Tirmidzi dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW menegaskan, "Takutlah kalian berprasangka, karena ia merupakan sedusta-dusta perkataan."

Istri Rasulullah SAW, Siti Aisyah, pernah disangka berselingkuh sehingga menggemparkan warga di Madinah. Tuduhan ini membuat Rasulullah SAW tidak berkenan. Gunjingan demi gunjingan saat itu terbetik ke sudut-sudut kota. Padahal kabar itu hanya dusta yang sengaja disebar orang munafik. Inilah mengapa Islam menekankan untuk menghindari prasangka.

 

 
Berita Terpopuler