Kepercayaan Yahudi Israel Terhadap Sapi Merah untuk Ritual

Sapi merah datang ketika persiapan pembangunan Kuil Ketiga Yerusalem.

EPA-EFE/ATEF SAFADI
Warga berjalan di gang dekat rumah keluarga Sub-Laban di kawasan Muslim Kota Tua Yerusalem, Senin (12/6/2023).
Rep: Fuji E Permana Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Israel telah mendapatkan lima sapi betina berwarna merah dengan fisik sempurna. Sapi merah itu diperlukan untuk ritual penyucian bagi mereka yang telah terkena najis.

Temple Institute menjelaskan sapi dara berwarna merah itu datang ketika persiapan meletakkan dasar bagi pembangunan Kuil Ketiga di Yerusalem. Hal ini dilaporkan The Jerusalem Post pada September 2022.

Sapi merah pertama kali disebutkan dalam Kitab (19:3) yang dipercaya Yahudi Israel. Teks kitab itu berbunyi, "Ketika Tuhan memberi tahu Musa dan Harun, 'Inilah hukum ritual yang diperintahkan Tuhan: Perintahkan orang Israel untuk membawakanmu seekor sapi merah tanpa cacat, yang tidak ada di dalamnya cacat dan tidak ada kuk yang dipasang padanya'.”

Kitab Taurat selanjutnya menjelaskan bagaimana sapi diolah dan dibakar serta abunya dicampur ke dalam air yang disucikan. Mereka yang menjadi najis karena menyentuh mayat manusia akan disucikan dengan cara memercikkan air bercampur abu tersebut dua kali. Yakni tiga hari sekali setelah mereka bersentuhan dengan mayat tersebut, dan yang kedua tujuh hari setelah mereka kontak dengan mayat.

Kitab Taurat menceritakan bahwa seekor lembu merah dibawa ke Imam Elazar, putra Harun, dan diolah untuk dijadikan abu untuk ritual tersebut. Menurut Talmud, abu tersebut digunakan sejak saat itu hingga akhir periode Kuil Pertama. Selama periode Kuil Kedua, lima hingga tujuh sapi dara merah lainnya dibakar untuk dijadikan abu.

Maimonides menulis dalam ringkasan hukum Yahudi, Mishneh Torah (Laws of the Red Heifer, 3:4), bahwa sapi merah berikutnya akan dibawa oleh Mesias.

Baca Juga

Pentingnya sapi merah bagi Yahudi...

Pentingnya Sapi Merah Bagi Yahudi Israel

Di zaman modern, semua orang Yahudi termasuk kohanim (pendeta/ imam Yahudi) dianggap najis karena kotoran yang ditimbulkan oleh mayat. Meskipun dalam kehidupan sehari-hari di zaman modern status ini tidak mempunyai banyak dampak praktis, mereka yang najis dengan jenis kenajisan ini dilarang memasuki kuil.

Kohanim (imam Yahudi) yang tidak suci dengan jenis kotoran (najis) ini dilarang melakukan pelayanan yang diperlukan di Kuil. Imam Yahudi itu perlu disucikan dengan abu sapi merah sebelum dapat melayani lagi sehingga pembuatan abu tersebut merupakan persyaratan yang diperlukan untuk segala upaya, untuk membangun kembali kuil suci Yahudi ketiga di Yerusalem. Satu pengecualian adalah pengorbanan Pascal, yang dapat dipersembahkan bahkan oleh mereka yang najis dengan najis dari mayat selama mayoritas orang Yahudi najis dengan jenis-najis ini.

Non-Yahudi dan Sapi Merah

Ini bukan kali pertama orang non-Yahudi membantu memberikan sapi merah kepada orang-orang Yahudi.

Talmud (Kiddushin 31a) menceritakan bahwa seorang non-Yahudi bernama Dama ben Netina menolak memberikan permata (perhiasan) yang dibutuhkan untuk Kuil, meskipun ada tawaran hadiah yang besar. Karena ayahnya sedang tidur di atas kunci untuk membuka kotak yang berisi permata tersebut, dan dia tidak ingin mengganggu istirahat ayahnya.

Sebagai imbalan atas rasa hormat yang dia tunjukkan kepada ayahnya, seekor sapi betina merah dilahirkan dalam gembala (kawanan) ben Netina pada tahun berikutnya. Sehingga dia mampu menjual sapi betina tersebut ke Kuil dengan uang yang akan dia peroleh jika dia menjual permata tersebut kepada mereka.

 

 
Berita Terpopuler