Pengusaha Libya dan Tunisia Incar Impor Produk dari Indonesia

Ekspor ke Libya cukup sebagai pasar alternatif dengan bea yang murah.

Bendera Libya
Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA --Sejumlah pengusaha dari Libya dan Tunisia yang dipimpin oleh Kuasa Usaha Ad Interim/Minister KBRI Tripoli Dede Achmad Rifai berkunjung ke Graha Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur dan melakukan one on one business meeting dengan puluhan pengusaha dari Jawa Timur.

Baca Juga

Dede Achmad Rifai dalam keterangannya di Surabaya, Sabtu (24/2/2024), mengatakan, kunjungan ini ditujukan untuk mempertemukan antara pengusaha Libya dan Tunisia dengan pengusaha Jatim. Pertemuan tersebut agar bisa melakukan kerja sama perdagangan antarkedua belah pihak. Karena ada banyak produk yang dibutuhkan Libya, mulai dari makanan dan minuman, furniture, alat rumah tangga dan lain sebagainya.

"Selain dengan pengusaha Libya yang hadir di ruangan Kadin ini, juga ada pengusaha Libya yang ikut melalui zoom meeting secara virtual," kata Dede.

Ia menegaskan, Libya adalah salah satu negara yang cukup potensial untuk dijadikan negara tujuan ekspor alternatif. Ekspor ke Libya dinilai lebih mudah dan tidak terlalu ketat seperti di Dubai menyusul produk Indonesia juga sudah terdata sebagai produk halal.

"Apalagi tarif bea masuk di sana sangat kecil, paling besar 6 persen sehingga sangat menguntungkan buat ekspor kita, harga barang menjadi lebih murah. Libya juga menjadi hub untuk distribusi barang ke negara Timur Tengah dan Afrika," kata Dede.

Ia menjelaskan, selama ini barang yang diimpor tidak hanya dikonsumsi di Libya tetapi juga dikirim ke negara tetangga Libya seperti Tunisia, Sudan dan Mesir. Dengan bea masuk kecil, maka pengusaha Mesir biasanya bekerja sama dengan pengusaha Libya untuk memasukkan barangnya melalui Libya kemudian dikirim menggunakan truk ke Mesir.

"Saat ini Libya telah menjadi hub dan pelan-pelan perdagangan akan meningkat dengan bertambahnya keamanan dan stabilitas di Libya. Sehingga ini menjadi peluang besar bagi penguasa Indonesia utamanya yang ada di Jatim," kata dia.

 

Pada tahun 2023, nilai perdagangan bilateral antara Indonesia dengan Libya mencapai Rp3 triliun, dengan perincian ekspor Indonesia ke Libya mencapai 174 juta dolar AS atau sekitar Rp 2,25 triliun dan impor Indonesia dari Tunisia mencapai Rp 750 miliar. Pada tahun ini, ekspor Indonesia ke Libya ditarget naik menjadi Rp 3 triliun.

Adapun komoditas ekspor yang dibutuhkan di Libya di antaranya adalah makanan dan minuman kaleng seperti tuna kaleng, kopi olahan, suku cadang mobil, kertas, alat kantor dan alat rumah tangga, furnitur dan barang elektronik.

Dede mangakui memang saat ini ada kendala di Laut Merah, sehingga pengiriman menjadi sangat mahal dan penerimaan barang dari Indonesia ke Libya menjadi mahal. Sebelum kasus Laut Merah, biaya pengiriman hanya mencapai 2.500 dolar AS per 20 feet, sekarang sudah mencapai 6.000 dolar AS per 20 feet sehingga ini menjadi tantangan besar bagi Indonesia.

"Tetapi kami berharap, Ini cepat selesai sehingga target ekspor ke Libya bisa tercapai," ucapnya.

 

 

 
Berita Terpopuler