Apa yang Terjadi di Bandung, Puting Beliung, Leysus, atau Tornado?

Tornado punya daya rusak yang dahsyat.

ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Petugas BPBD, Basarnas dan Dinas Pemadam Kebakaran mengevakuasi pohon tumbang pascaputing beliung di Jalan Nasional Bandung Garut di Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (21/2/2024).
Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Angin puting beliung sedianya bukan fenomena baru di Indonesia. Buktinya, daerah-daerah memiliki sebutan untuk fenomena alam tersebut. Di Jawa, angin ini kerap disebut leysus atau leses, sementara di Sumatra namanya Angin Bahorok.

Baca Juga

Dilansir Pusat Krisis Kementerian Kesehatan, biasanya puting beliung, membentuk putaran angin dengan kecepatan di atas 63 km/jam, serta bergerak lurus dan umumnya akan berlalu setelah 5 menit. Walaupun durasinya singkat, kerusakan yang bisa disebabkan luar biasa.

Peristiwa terbentuknya angin puting beliung sering terlihat ketika memasuki musim pancaroba, umumnya pada siang maupun sore hari. Proses terbentuknya angin puting beliung pun berkaitan dengan fase tumbuhnya awan cumulonimbus. 

Pada fase tumbuh angin puting beliung, di dalam awan cumulonimbus terdapat arus udara naik bertekanan sangat kuat. Selain itu, hujan belum turun dalam fase ini, sebab titik air dan kristal es tertahan arus udara naik menuju ke puncak awan.

Kemudian, ketika titik air yang tak lagi bisa ditahan udara akan naik pula menuju puncak awan, sehingga hujan pun turun. Peristiwa ini menimbulkan gaya gesek antara arus udara naik dan arus udara turun, yang memiliki temperatur massa lebih dingin daripada udara di sekelilingnya. 

Di samping itu, proses ini juga menyebabkan arus geser yang memutar, sehingga membentuk pusaran. Lama-kelamaan, arus udara bergerak makin cepat, sehingga membentuk siklon atau pusaran yang dikenal sebagai angin puting beliung.

Sementara tornado merupakan fenomena udara yang lebih dahsyat. Disadur dari Harian Republika edisi Juli 2014, bentuknya menyerupai cerobong udara yang bergulung-gulung dan membumbung tinggi di bawah awan badai. Kolom udara yang membentuk cerobong itu bisa berputar kencang yang membentuk hubungan antara awan cumulonimbus atau dalam kejadian langka dari dasar awan cumulus dengan permukaan tanah.

Tornado muncul dalam banyak ukuran. Tapi, umumnya berbentuk corong kondensasi yang terlihat jelas pada ujung yang menyentuh bumi dengan bentuk menyempit. Sering pula dikelilingi awan yang membawa puing-puing.

Umumnya, tornado memiliki kecepatan angin 177 kilometer per jam atau lebih dengan rata-rata jangkauan 75 meter dan menempuh jarak beberapa kilometer lagi sebelum menghilang. Adakalanya, tornado menghasilkan angin berkecepatan 400 kilometer per jam. Tekanan udara di pusat badai itu sangat rendah, sehingga dapat meruntuhkan bangunan.

Tornado lebih sering terjadi di Amerika Serikat. Angin ini juga umumnya terjadi di Kanada bagian Selatan, Amerika Latin, Afrika Selatan, Eropa, serta Australia. 

Tornado selama ini paling kerap terjadi di wilayah AS sekitar Kansas, Texas, dan Oklahoma ketimbang daerah lainnya di dunia. Hal ini, menurut para ahli karena kondisi geografis kawasan itu yang unik.

Perlu dipahami, bahan pembentuk tornado adalah udara hangat dan lembab di dekat permukaan tanah, kondisi kering pada udara yang tinggi (sekitar tiga sampai 10 km di atas permukaan tanah), serta beberapa mekanisme yang bisa membawa udara hangat dan lembab itu ke lapisan udara yang lebih tinggi. Badai yang menghasilkan Tornado dahsyat juga dimungkinkan terjadi jika ketinggian dan kecepatan angin di horisontal meningkat.

Kata para ahli, kawasan Amerika Serikat bagian tengah di mana Kansas, Texas, dan Oklahoma berada memiliki semua syarat untuk terjadinya badai dan angin dahsyat tersebut. Di sana ada udara hangat dan lembab yang berasal dari arah ekuator yaitu kawasan Teluk Meksiko serta udara kering yang berhembus dari wilayah Rocky Mountain yang membentang ribuan kilometer dari utara ke selatan. Kondisi inilah yang membuat kawasan begitu akrab dengan Tornado.

Warga berdiri di antara puing rumah yang hancur akibat angin puting beliung di Desa Sukadana, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Kamis (22/2/2024). BPBD Provinsi Jawa Barat mencatat, bencana angin puting beliung yang terjadi di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung tersebut mengakibatkan 97 rumah dan 17 unit bangunan pabrik mengalami kerusakan serta 413 kepala keluarga terdampak dan 31 orang dilarikan ke rumah sakit. - (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

Apa Tornado cuma ada di tiga wilayah ini? Tentu saja tidak. Hanya saja, tornado memang paling sering muncul di situ. Dan kalau diamati, rasanya tak ada bagian lain di dunia ini yang memiliki kombinasi begitu unik seperti di Amerika bagian tengah itu. Pegunungan Andes misalnya, tidak seluas Rocky Mountain, begitu pun Himalaya, masih kalah luas dibanding Rocky Mountain.

Begitu pun udara yang datang dari lepas pantai Teluk Meksiko, lebih hangat dan lembab ketimbang udara yang datang dari lepas pantai laut Mediterania misalnya. 

Puting beliung jenis apa yang terjadi di Bandung? ...

 

Puting beliung jenis apa yang terjadi di Bandung dan sekitarnya, kemarin? Sejauh ini, pihak Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) masih berupaya melakukan rekonstruksi dan investigasi fenomena alam yang melanda kawasan Rancaekek di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.

"Kronologi foto-foto dan video dari masyarakat dan media sangat membantu periset dalam mendokumentasikan extreme event yang tercatat sebagai tornado pertama ini," kata Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Erma Yulihastin melalui akun X miliknya.

Erma menjelaskan tornado memiliki skala kekuatan angin yang lebih tinggi dan radius lebih luas. Angin tornado minimal kecepatan angin mencapai 70 kilometer per jam. Berdasarkan kajian BRIN, angin puting beliung terkuat yang pernah tercatat memiliki kecepatan 56 kilometer per jam.

Menurut Erma, kasus puting beliung yang biasa terjadi di Indonesia hanya berlangsung sekitar 5 sampai 10 menit itu pun sudah sangat lama. "Hanya ada satu kasus yg tidak biasa ketika puting beliung terjadi dalam durasi 20 menit di Cimenyan pada 2021," paparnya.

Lebih lanjut Erma mengungkapkan bahwa BRIN melalui Kajian Awal Musim Jangka Madya Wilayah Indonesia (KAMAJAYA) sudah memprediksi peristiwa cuaca ekstrem yang terjadi di Indonesia pada 21 Februari 2024.

Sekitar pukul 16.00 WIB, hari ini, bencana angin tornado menerjang Kecamatan Rancaekek di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.

Sedangkan peneliti BRIN Albertus Sulaiman pada November 2023 sempat menyampaikan bahwa pemanasan global memicu intensitas dan frekuensi cuaca ekstrem, begitu juga sebaliknya. Sehingga, terjadi fenomena umpan balik yang merupakan salah satu ciri khas fenomena nonlinier.

 

Albertus memberi contoh fenomena puting beliung, “Dahulu ini fenomena biasa tetapi sekarang fenomena ini menyebabkan rumah-rumah roboh, orang hanyut dan lain sebagainya karena intensitasnya yang semakin kuat. Fenomena di sekitar kita lebih menarik dan cepat berubah. Hal ini mudah dilihat tetapi sulit untuk dirumuskan sehingga perlu ilmu dan teknologi,” ungkapnya dilansir situs resmi BRIN.

 
Berita Terpopuler