Kecerdasan Nabi Muhammad Saat Membuat Perjanjian dengan Pemimpin Negara Lain

Nabi Muhammad pemimpin yang belum pernah melanggar perjanjian dengan siapa pun.

Republika.co.id
Nabi Muhammad.
Rep: Rahmat Fajar Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW merupakan sosok pemimpin pemerintahan yang patut dicontoh. Salah satunya dalam hal membuat perjanjian. Rasulullah cerdas dalam membuat perjanjian dengan pemimpin-pemimpin negara lain.

Yusuf Al Qardhawi dalam bukunya Kepemimpinan Islam mengatakan Rasulullah merupakan pemimpin yang belum pernah melanggar perjanjian dengan siapa pun meskipun pihak lain mengingkarinya. Selain itu, Rasulullah juga lihai dalam menyusun strategi dan persiapan dalam melaksanakan perjanjian itu.

Dalam perjanjuan Hudaibiyah, Rasulullah menyusun perjanjian-perjanjian yang banyak tidak setuju dengan isi perjanjiannya. Pasalnya, isi perjanjiannya dianggap merugikan pemerintahan Islam. Tetapi, Rasulullah mempunyai maksud lain yang tidak dimengerti oleh pengikutnya.

Rasulullah kemudian menggunakan kecerdasannya menjelaskan perjanjian itu kepada rakyatnya hingga mereka memahaminya. Dan akhirnya mereka setuju dengan isi perjanjian Hudaibiyah.

Al Qardhawi menambahkan dengan adanya perjanjian Hudaibiyah, untuk pertama kalinya perjanjian Hudaibiyah membawa kedaulatan negara Islam ditegakkan dengan prinsip dasar kemanusiaan yang menjamin hal dan kewajiban masing-masing negara.

Selanjutnya...

Berkat strategi Rasulullah lewat perjanjian Hudaibiyah, orang-orang yang diusir secara kasar oleh kafir Quraisy kembali dengan kemenangan. Al Qardhawi mengatakan Rasullah telah menunjukkan seorang kepala negara yang ril memahami dan mampu menyusun strategi lewat perjanjian Hudaibiyah untuk mengangkat marwah umat Islam di mata kaum Quraisy.

Baca Juga

Menurut Amin Widodo, perjanjian Hudaibiyah oleh pemerintahan Islam dengan negara kafir harus memenuhi beberapa unsur antara lain tidak adanya unsur paksaan dan intimidasi. Perjanjian harus jelas batas-batas komitmen dan hak-haknya untuk menjunjung hak asasi manusia dan setiap perjanjian harus tidak bertentangan dengan Alquran.

 

Hal tersebut membawa angin segar tentang posisi tawar pemerintahan Islam di mata kelompok yang membencinya. Dan langkah yang dilakukan Rasulullah dalam menjalankan perjanjian juga sesuai perintah Alquran surah Al Maidah ayat 1:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَوْفُوْا بِالْعُقُوْدِۗ اُحِلَّتْ لَكُمْ بَهِيْمَةُ الْاَنْعَامِ اِلَّا مَا يُتْلٰى عَلَيْكُمْ غَيْرَ مُحِلِّى الصَّيْدِ وَاَنْتُمْ حُرُمٌۗ اِنَّ اللّٰهَ يَحْكُمُ مَا يُرِيْدُ

Yā ayyuhal-lażīna āmanū aufū bil-‘uqūd(i), uḥillat lakum bahīmatul-an‘āmi illā mā yutlā ‘alaikum gaira muḥilliṣ-ṣaidi wa antum ḥurum(un), innallāha yaḥkumu mā yurīd(u).

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah janji-janji! Dihalalkan bagimu hewan ternak, kecuali yang akan disebutkan kepadamu (keharamannya) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai dengan yang Dia kehendaki."

 
Berita Terpopuler