Apa Sih Makna Sura Dira Jayaningrat yang Dikatakan Anies Baswedan di Pentupan Debat

Mana Sura Dira Janingrat yang dikatakan Anies Baswedan

network /Muhammad Subarkah
.
Rep: Muhammad Subarkah Red: Partner

Pakubuwana ke X berkunjung ke Habib Aly Idrus di Luar Batang Jakarta pada 1920.

Oleh: Dr Rusdian Lubis, Dosen SBM ITB, Profesional Senior Bidang Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup, dan Penulis Senior

Anies Baswedan dalam Closing Statement pada debat calon prsiden mengutip kalimat:: "Sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti”

Itu adalah ungkapan bahasa Jawa. Maknanya kurang lebih: Keberanian, kedigdayaan dan kekuasaan dapat dikalahkan dengan kelembutan atau kebaikan.

Segala sifat angkara, lebur dengan kesabaran dan kelembutan. Kata-kata bijak ini bisa kita baca dimana-mana, bahkan ditempel dimana saja, mungkin juga yang menulis atau menempel tidak terlalu paham artinya.

Uniknya dari catatan penulis, kalimat ini juga menjadi semboyan Kota Solo. Agak ironis?

“Sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti” adalah bagian dari salah satu bait “Pupuh Kinanthi” dalam “Serat Witaradya” buah karya RN. Ranggawarsita (1802-1873) pujangga besar Kasunanan Surakarta, yang mengisahkan Raden Citrasoma, putra Sang Prabu Aji Pamasa di negara Witaradya.


Pemahaman Makna Tembang:

Selengkapnya “Pupuh Kinanthi” tersebut adalah sebagai berikut:

“Jagra angkara winangun;

Sudira marjayeng westhi;

Puwara kasub kawasa;

Sastraning jro Wedha muni;

Sura dira jayaningrat;

Lebur dening pangastuti”.

Pada baris keemoat ada yang menulis: “Wasita jro wedha muni”

Terjemahan kata per kata merujuk Bausastra Jawa, Poerwadarminta, 1939 sebagai berikut:

(1) Jagra: Bangun (dalam pengertian “melek”); Angkara: Angkara; Winangun: Diwujudkan (Wangun: Wujud);

(2) Sudira: Amat berani; Marjayeng: Jaya ing, menang dalam...; Westhi: Marabahaya;

(3) Puwara: Akhirnya; Kasub: terkenal, kondang; Kawasa: Kuasa;

(4) Sastra: Tulisan, surat-surat, buku-buku; Jro: Jero, di dalam; Weda: Ilmu pengetahuan, Kitab-kitab ilmu; Muni: berbicara;

(5) Sura: Berani; Dira: Berani, kokoh; Jaya: menang; Ningrat: Bangsawan, tetapi Ning: Di; Rat: Jagad

(6) Lebur: Hancur; Dening: Oleh; Pangastuti: pamuji, pangalem, pangabekti, panembah.


Arti bebasnya kurang lebih sebagai berikut:

Baris ke -1 s.d 3:

Menunjukkan orang yang karena keberanian dan kesaktiannya ia tidak pernah terkalahkan, akhirnya tidak kuat memegang kekuasaan dan tumbuh sifat angkara.

Sedangkan baris ke-4 s.d 6:

Menjelaskan bahwa menurut kitab-kitab ilmu pengetahuan, sifat angkara murka akan kalah dengan kelembutan.

NB: tukisan ini sebagaian dicopas dan diringkas dari tulisan Jero Mangku Danu (I Wayan Sudarma), Ketua Bidang Kebudayaan dan Kearifan Lokal. Parisadha Hindu Dharma Indonesia.

 
Berita Terpopuler