Pesawat SLIM milik Jepang Berhasil Mendarat di Bulan dengan Tepat 

SLIM mendarat dalam jarak 100 meter dari lokasi pendaratan yang dipilih.

JAXA
Perwakilan Badan Eksplorasi Dirgantara (JAXA) mengungkapkan Smart Lander for Investigating Moon (SLIM) melakukan pendaratan yang aneh namun tepat di bulan.
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani  Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perwakilan Badan Eksplorasi Dirgantara (JAXA) mengungkapkan Smart Lander for Investigating Moon (SLIM) melakukan pendaratan yang aneh namun tepat di bulan. Berbicara pada konferensi pers pada Kamis (25/1/2024), para ilmuwan JAXA mengatakan bahwa SLIM telah mendarat dalam jarak 100 meter dari lokasi pendaratan di bulan yang dipilih pada 19 Januari. 

Baca Juga

Ia menyelesaikan misi utamanya untuk melakukan pendaratan tepat. “Kami membuktikan bahwa Anda dapat mendarat di mana pun Anda inginkan, bukan di tempat yang Anda mampu,” kata manajer proyek SLIM Shinichiro Sakai pada konferensi pers, menurut Reuters, dilansir Space, Jumat (26/1/2024).

“Ini akan menginspirasi lebih banyak orang, khususnya misi-misi Jepang untuk mencoba mendarat di tempat-tempat  yang belum dijelajahi di bulan,” ujarnya. 

SLIM, yang dijuluki “penembak jitu bulan”, menandai peningkatan-peningkatan yang signifikan dalam hal ketepatan pendaratan jika dibandingkan dengan wahana penjelajah bulan sebelumnya, yang ditempatkan dalam jarak beberapa mil dari lokasi targetnya, bukan beberapa meter. 

JAXA mengatakan pendaratan ini dapat membantu memvalidasi navigasi berbasis penglihatan yang digunakan oleh SLIM, yang dapat menjadi alat yang ampuh untuk eksplorasi permukaan bulan di masa depan. 

“Fakta bahwa kami mampu mencapai akurasi kurang dari 10 meter, mungkin dalam jarak tiga hingga empat meter, merupakan pencapaian yang sangat signifikan untuk eksplorasi-eksplorasi bulan di masa depan,” kata Sakai, menurut Japan Times

Gambar SLIM yang diambil oleh robot penjelajah Lunar Exploration Vehicle-2 atau SORA-Q berukuran bisbol, yang dilepaskan oleh pesawat ruang angkasa sesaat sebelum mendarat, mengungkapkan bahwa untuk mencapai pendaratan yang tepat ini, SLIM turun dengan memutar 90 derajat, efektif mendarat di ujung hidungnya. 

Japan Times melaporkan bahwa Sakai menjelaskan bahwa para ilmuwan JAXA percaya bahwa pendaratan SLIM yang berorientasi aneh terjadi sebagai akibat dari salah satu dari dua mesin utamanya berhenti selama 30 detik atau lebih saat mendarat dan pada ketinggian sekitar 50 meter di atas bulan. 

Japan Times menambahkan bahwa Sakai mengatakan hilangnya mesin tersebut adalah akibat dari “faktor eksternal” yang dirahasiakan. Dia juga menuturkan bahwa kamera telah menangkap nosel mesin yang tergeletak di permukaan bulan. Tim terus menganalisis penyebab kegagalan ini. 

Kegagalan mesin ini menyebabkan....

 

 

Kegagalan mesin ini menyebabkan SLIM melayang sejauh 55 meter dari lokasi pendaratan yang dipilih. Tanpa kesalahan tersebut, SLIM bisa mendarat sedekat 10 (sekitar 3,04 meter) hingga 13 kaki (3,9 meter) dari wilayah bulan yang dipilih. 

Gambar SORA-Q menunjukkan pergeseran posisi yang berarti SLIM berada di lereng kawah bulan. Kemiringan ini menyebabkan pesawat ruang angkasa berguling ke arah barat hingga mencapai hidungnya. 

Penempatan SLIM berarti bahwa pesawat ruang angkasa tersebut sejauh ini dapat menggunakan panel-panel surya untuk menghasilkan listrik, dan para insinyur mematikan baterai SLIM sekitar 2,5 jam setelah mendarat untuk menghemat daya. Para Ilmuwan JAXA tetap berharap situasi ini akan berubah ketika arah sinar matahari di bulan berubah. 

Namun semua harapan akan hidupnya SLIM kembali akan sirna seiring dengan sinar matahari pekan depan pada 1 Februari ketika malam tiba di bulan, membawa cuaca yang sangat dingin. 

“SLIM tidak dirancang untuk bertahan di malam bulan,” jelas Sakai. 

Pendaratan SLIM menjadikan Jepang sebagai negara kelima yang melakukan pendaratan lunak di bulan setelah Rusia (saat itu Uni Soviet), Amerika Serikat (AS), China, dan India. Minat untuk melakukan pendaratan-pendaratan  presisi di bulan semakin meningkat seiring dengan upaya beberapa negara untuk mengembalikan awak manusia ke permukaan bulan untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade. 

 

Pendaratan di dekat lokasi-lokasi yang dianggap kaya akan air es dan sumber daya lainnya akan menjadi kunci untuk menciptakan keberadaan manusia yang berkelanjutan di bulan. AS bertujuan untuk mendaratkan para awaknya di bulan paling cepat pada tahun 2026 dengan misi Artemis 3, sementara Cina ingin mendaratkan awaknya di bulan pada akhir dekade ini. 

 
Berita Terpopuler