Enam Tipu Daya Setan Paling Besar dan Berbahaya

Yahya bin Mu’adz ar-Razi menyampaikan pendapatnya tentang tipu daya setan.

EPA-EFE/STRINGER
Anak-anak Afghanistan membaca ayat-ayat Alquran di sebuah masjid pada bulan puasa Ramadhan, di Kandahar, Afghanistan, Selasa (28/3/2023).
Rep: Fuji E Permana Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Banteni dalam kitab Nashaihul Ibad mengutip pernyataan Yahya bin Mu’adz ar-Razi. Yahya bin Mu’adz ar-Razi mendapat julukan sebagai lautan kebenaran, pembimbing ulama, dan penjelajah jalan menuju Tuhan.

Yahya bin Mu’adz ar-Razi menyampaikan pendapatnya tentang tipu daya setan yang paling besar dan berbahaya.

Yahya bin Mu’adz ar-Razi berkata, "Tipu daya (setan) yang paling besar menurutku adalah sebagai berikut. Terus-menerus berbuat dosa dengan harapan mendapat ampunan tanpa disertai penyesalan. Mengaku dekat kepada Allah tanpa disertai perbuatan taat. Mengharapkan merasakan kesenangan surga dengan menyebarkan benih neraka. Menginginkan rumah orang yang taat dengan melakukan perbuatan maksiat. Mengharapkan pahala tanpa beramal. Berangan-angan kepada Allah disertai perbuatan melampaui batas." (Syekh Nawawi al-Banteni, Nashaihul Ibad)

Yahya bin Mu'adz ra. berpendapat tipu daya setan yang paling besar itu ada enam perkara. Diantaranya adalah sebagai berikut.

Baca Juga

Enam Tipu Daya Setan

1. Selalu melakukan perbuatan dosa dengan harapan mendapat ampunan dari Allah tanpa disertai rasa penyesalan.

2. Merasa dekat kepada Allah tanpa disertai melakukan ketaatan (taat terhadap perintah Allah SWT dan menjauhi larangan Allah SWT).

Mengharapkan kesenangan...

 

3. Mengharapkan kesenangan surga dengan menyebarkan benih neraka. (Ingin masuk surga tapi berbuat maksiat dan dosa yang mengantarkannya ke neraka).

4. Mencari tempat orang yang taat dengan melakukan berbagai kemaksiatan, yakni ingin masuk surga tanpa berbuat yang dapat membawanya ke surga. Sebaliknya melakukan perbuatan yang bertentangan dengan perintah Allah SWT. Dalam hal ini, ia tidak mungkin mampu mendapatkan surga, karena imbalan yang diperoleh seseorang itu berdasarkan amal perbuatannya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اِصْلَوْهَا فَاصْبِرُوْٓا اَوْ لَا تَصْبِرُوْاۚ سَوَاۤءٌ عَلَيْكُمْۗ  اِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

Masuklah ke dalamnya (dan rasakan panas apinya!) Baik kamu bersabar atau tidak, sama saja (tidak ada manfaatnya) bagimu. Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan atas apa yang telah kamu kerjakan. (QS At-Tur Ayat 16)

5. Mengharapkan imbalan sesuatu yang dapat mendatangkan kesenangan tanpa melakukan amal shaleh.

6. Mengharapkan rahmat Allah, tetapi perbuatannya melampaui batas, hal ini juga tidak mungkin tercapai, sebagaimana yang diisyaratkan oleh seorang penyair di dalam Bahar Basith sebagai berikut. "Dia mengharapkan keselamatan, tapi ia tidak menempuh jalan keselamatan. Sungguh, perahupun tidak mungkin dapat berlayar di atas daratan."

 

 
Berita Terpopuler