Bioenergi Jadi Solusi Transisi Energi, Ini Komentar Tim Kemenangan Paslon Capres-Cawapres

Bioenergi dinilai menjadi solusi 'palsu' dalam transisi energi.

www.freepik.com
Bahan bakar yang bersumber dari biomassa dan biofuel dinilai berdampak negatif baik untuk kelestarian lingkungan maupun kesejahteraan masyarakat.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bioenergi, yang digadang-gadang sebagai salah satu solusi transisi energi, justru banyak menimbulkan polemik di kalangan akademisi dan pengamat lingkungan. Salah satunya Trend Asia yang menilai bahwa bioenergi, seperti yang telah diimplementasikan pemerintah saat ini, hanyalah solusi palsu untuk transisi energi. Menurut analisa mereka, bahan bakar yang bersumber dari biomassa dan biofuel berdampak negatif baik untuk kelestarian lingkungan maupun kesejahteraan masyarakat.

Kini, bioenergi juga masuk dalam dokumen visi-misi para pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden yang akan berkontestasi pada Pemilu 2024 mendatang. Lantas bagaimana pandangan setiap paslon mengenai bioenergi yang telah diinisiasi oleh pemerintahan sebelumnya?

Dalam diskusi media bertajuk 'Meneropong Bioenergi di Tangan Calon Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029' yang diselenggarakan pada Rabu (10/1/2024), perwakilan dari tim pemenangan masing-masing paslon memberikan jawaban atas sekelumit masalah bioenergi, sebagai berikut.

 

1. Tim Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar

Irvan Pulungan, tim pemenangan nasional atau Timnas Amin, mengatakan bahwa transisi energi menjadi salah satu fokus utama pasangan Amin. Melalui program “Indonesia Menuju EBT”, transisi energi akan dilakukan melalui diversifikasi energi termasuk bioenergi.

Guna memastikan implementasi bioenergi ke depan tidak hanya menjadi solusi palsu, kata Irvan, pihaknya akan mengedepankan prinsip demokrasi dan keadilan energi. Salah satunya diwujudkan dengan meningkatkan kolaborasi dan partisipasi masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan hingga implementasi di lapangan.

“Jadi bagaimana kemudian membuatnya tidak lagi rentan terhadap korupsi, perampasan tanah, makanya kemudian partisipasi publik yang berbasis akses informasi, partisipasi, dan keadilan perlu didorong. Dimana perencanaannya lebih memihak kepada warga rentan, yang menurut saya, itu yang hilang dari proses perencanaan lingkungan hidup saat ini,” kata Irvan.

 

2. TKN Capres Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming

Drajad Wibowo, TKN Capres Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming, mengatakan bahwa bioenergi paling realistis dari sisi pembiayaan di antara semua alternatif energi bersih. Drajad menjelaskan bahwa pihaknya juga melihat alternatif lain yang lebih ideal seperti energi panas bumi. Namun, biaya pengembangan energi panas bumi atau geothermal masih sangat mahal, sehingga tidak akan realistis untuk diwujudkan dalam waktu dekat.

“Saya sepakat, ada energi lain yang lebih ideal. Tapi kita butuh aksi, dan aksi itu harus dilakukan. Dan ketika kita melakukan aksi itu, tidak semua yang ideal bisa kita tempuh. Makanya program-program yang disampaikan Prabowo Gibran adalah program yang realistis, dan memang sesuai dengan tantangan dan kebutuhan kita,” kata Drajad.

Untuk itu, kata dia, pihaknya akan menambah anggaran riset bagi peneliti Indonesia di BRIN, dengan harapan bisa menemukan solusi pengembangan geothermal yang lebih ekonomis.

3. TKN Ganjar Pranowo – Mahfud MD

Agus Hermanto, Dewan Pakar TPN Calon Presiden Ganjar Pranowo - Mahfud MD, mengatakan bahwa pelabelan solusi palsu untuk bioenergi terlalu tendensius. Memang betul, kata dia, bioenergi belum sesuai dengan harapan, namun bagaimanapun bioenergi merupakan lompatan awal yang harus dilalui dalam transisi energi.

“Bioenergi ini harus kita lalui. Karena untuk melakukan transisi energi itu ada tahapan-tahapannya, dan kami sudah merancang tahapan itu, salah satunya dengan memakai bioenergi,” kata Agus.

Ia mengatakan bahwa ke depan pihaknya ingin fokus mengembangkan panas bumi atau geothermal, mengingat potensi panas bumi di Indonesia sangat berlimpah bisa mencapai sekitar 23 ribu megawatt atau terbesar kedua di dunia.

“Tapi memang betul dari biaya pengembangan geothermal di awal, barangkali untuk 5-7 tahun di awal itu akan memiliki nilai produksi yang tinggi,” kata dia.

 
Berita Terpopuler