Ucapan Arya Wedakarna Dinilai tak Pantas Keluar dari Seorang Pejabat Negara

Ucapan Arya dinilai membuat situasi menjadi tidak nyaman.

Screenshot
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Bali terpilih Dr Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna.
Rep: Ronggo Astungkoro Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Rumah Politik Indonesia Fernando Emas mengatakan, ucapan legislator Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Bali, Arya Wedakarna, merugikan situasi di Pulau Dewata. Ucapan Arya dinilai membuat situasi menjadi tidak nyaman dan mengganggu keharmonisan hubungan antaragama di Bali.

Baca Juga

"Mau tidak mau, pernyataan ini membuat situasi di Bali sendiri tidak nyaman dengan ucapan beliau itu. Paling tidak mengganggu masyarakat minoritas di sana, yang disinggung. Ini kan akhirnya harmonisasi hubungan antaraagama, antarkelompok akhirnya kan terganggu," ucap Fernando, Kamis (4/1/2024).

Ucapan Arya, kata dia, tidak sepatutnya dikeluarkan oleh seorang tokoh publik dan pejabat negara. Menurut Fernando, semestinya Arya paham dirinya digaji oleh pajak yang dibayarkan oleh seluruh masyarakat Indonesia, bukan hanya daerah tertentu saja.

"Karena bagaimanapun juga, pernyataan beliau bukan saja hanya bisa dinikmati oleh masyarakat Bali. Apalagi di zaman modern sekarang ini, informasi sekecil apapun, itu bisa dinikmati, bisa dibaca, bisa dilihat oleh seluruh masyarakat Indonesia dan seluruh masyarakat dunia," kata Fernando.

Meskipun dirinya merepresentasikan masyarakat Bali, Arya haru ingat dia duduk di DPD RI, yang merupakan jabatan di tingkat nasional, bukan daerah saja. Sebab itu, semestinya apa yang dia pikir dan katakan semestinya mencerminkan sebagai seorang negarawan, bukan justru memecah belah masyarakat.

 

"Apapun yang dia pikirkan, apapun yang dia katakan, sikapnya dalam hal terkait dengan kebijakan-kebijakan, ataupun yang lain-lainnya, itu seharusnya sudah mencerminkan sebagai seorang negarawan, sebagai pejabat negara. Bukannya berpotensi memecah belah," jelas dia.

Ucapan seorang negarawan, kata Fernando, seharusnya mencerminkan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Di mana di dalamnya terdapat nilai-nilai keberagaman yang yak hanya mementingkan kelompok atau golongan tertentu saja. Arya juga harus paham, seperti Indonesia, Bali terdiri dari keberagaman.

 "Yang disitu ada beragam, bukan hanya dari agama tertentu, golongan tertentu yang tinggal di sana. Walaupun mayoritas ada salah satu agama di sana. Tetapi tidak bisa mengabaikan kepentingan-kepentingan kelompok lainnya ataupun kepentingan-kepentingan agama lainnya," jelas dia.

Fernando melihat apa yang Arya ucapkan sudah merendahkan agama lain. Hal yang tidak patut dan tidak pantas dilakukan oleh pejabat negara yang menerima gaji dari seluruh masyarakat Indonesia. Ucapannya itu pun tidak menunjukkan dirinya sebagai pejabat negara.

Diberitakan Republika.co.id sebelumnya, Arya Wedakarna menyampaikan pernyataan kontroversial tersebut pada saat menggelar rapat daerah. Ketika itu mantan penggawa trio grup vokal FBI bersama Indra Bekti dan Roy Jordy itu sedang memberikan arahan kepada petugas Bea Cukai dan juga pimpinan bea cukai yang hadir. Dalam rapat itu, Arya meminta agar petugas frontliner sebaiknya merupakan putra dan putri daerah dengan tanpa menggunakan penutup kepala (jilbab).

“Saya nggak mau yang frontline-frontline itu, saya mau gadis Bali kayak kamu, rambutnya kelihatan, terbuka. Jangan kasih yang penutup-penutup nggak jelas. This is not Middle East (Ini bukan Timur Tengah). Enak saja di Bali, pakai bunga kek, apa kek, pakai bije di sini. Kalau bisa, sebelum tugas, suruh sembahyang di pure, bije pakai," tegas Arya Wedakarna. 

 

 
Berita Terpopuler