Saat Tsunami, Ini Tiga Hal yang Pasti Terjadi

Tsunami terjadi saat gempa bumi minimal berkekuatan 7 SR

Kyodo News Via AP
Foto udara ini menunjukkan daerah yang terkena dampak gempa bumi di Suzu, prefektur Ishikawa, Jepang pada Selasa, 2 Januari 2024. Serangkaian gempa bumi dahsyat di Jepang bagian barat merusak rumah, mobil, dan perahu, dan para pejabat memperingatkan masyarakat pada hari Selasa untuk menjauh dari lokasi tersebut. rumah mereka di beberapa daerah karena risiko gempa besar dan tsunami yang terus berlanjut.
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani  Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana alam terjadi karena ada penyebabnya. Salah satu contoh bencana alam adalah tsunami. 

Baca Juga

Dilansir The Sun, Selasa (2/1/2024), tsunami, disebut juga gelombang seismik, adalah rangkaian gelombang yang disebabkan oleh pergerakan sejumlah besar air. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh gempa bumi di perbatasan lempeng tektonik, jauh di bawah air. 

Pergerakan lempeng pada batasnya menyebabkan reaksi dramatis pada air di atasnya yang mengakibatkan gelombang besar. Ombak yang tampaknya tidak berbahaya terkadang hanya setinggi 30 cm di lautan terbuka, sehingga luput dari perhatian para pelaut. 

Namun, saat mencapai perairan yang lebih dangkal, gelombangnya melambat dan bagian atasnya bergerak lebih cepat daripada bagian bawahnya, sehingga menyebabkan permukaan air laut naik drastis. Dinding air ini cukup kuat untuk mendorong batu-batu besar dan meruntuhkan bangunan-bangunan, menghancurkan seluruh wilayah di pantai.

Disebut juga gelombang pasang, tsunami berarti “gelombang besar di pelabuhan” dalam bahasa Jepang, yang diciptakan oleh para nelayan setelah mereka kembali ke pantai dan mendapati desa mereka hancur akibat gelombang raksasa yang belum pernah mereka lihat di laut. Tsunami dapat menyebabkan kenaikan permukaan air laut sebanyak 30 meter, meskipun biasanya menyebabkan kenaikan rata-rata tiga meter. 

Lalu bagaimana tsunami terbentuk? Tsunami dapat terjadi melalui berbagai cara, namun biasanya ada tiga hal yang harus terjadi. 

Pertama, gempa bumi harus berkekuatan minimal 7,0 skala Richter. Kekuatan gempa bumi tersebut menggerakkan air dengan kekuatan yang cukup untuk menimbulkan gelombang tsunami di laut. 

Kedua, dasar laut harus terangkat atau turun akibat gempa. Di sinilah sering terjadi pertemuan lempeng tektonik bumi yang memungkinkan terjadinya pergerakan. 

Ketiga, episentrum gempa harus dekat dengan permukaan bumi, artinya gempa dapat berdampak pada benda-benda di permukaan, bukan di dalam kerak bumi. 

Gempa bumi, letusan gunung berapi, ledakan bawah air, tanah longsor, dampak meteorit dan gangguan lainnya di atas atau di bawah air berpotensi menimbulkan tsunami. 

Istilah gelombang pasang tidak tepat karena tsunami....

 

 

Meskipun gelombang normal disebabkan oleh angin, bulan, dan matahari, tsunami selalu disebabkan oleh perpindahan sejumlah besar air. Istilah gelombang pasang secara teknis tidak tepat karena tsunami tidak dipengaruhi oleh tarikan pasang surut sama sekali.

Saat gelombang terbentuk, bergerak menuju daratan, ketinggian bertambah dari pergerakan yang lebih cepat di puncak gelombang. Hal ini terus menarik air hingga jatuh, menimbulkan kehancuran di jalurnya. Surutnya air laut di pesisir pantai merupakan salah satu tanda peringatan besar akan terjadinya tsunami, meski hanya memberikan peringatan sekitar lima menit. 

Sebelumnya, gelombang pertama Tsunami menghantam sebagian pantai barat sepanjang Laut Jepang, Senin (1/1/2024). Dilansir Financial Express, tinggi ombaknya kurang lebih satu meter, dengan perkiraan-perkiraan gelombang lebih besar. 

 

Kejadian ini menyusul gempa bumi berkekuatan 7,6 yang melanda Jepang tengah-utara pada sebelumnya di hari itu. Selanjutnya, Badan Meteorologi Jepang mengeluarkan peringatan tsunami untuk wilayah-wilayah pesisir barat prefektur Ishikawa, Niigata, dan Toyama. Badan Meteorologi Jepang juga menyatakan wilayah tersebut mengalami hingga 16 kali gempa susulan pasca gempa berkekuatan 7,6 SR. 

 
Berita Terpopuler