Dear Boss, Komunikasi dan Keterbukaan Bikin Karyawan Betah Bekerja

Kembangkan budaya di mana karyawan merasa dihargai.

kolombloggratis.blogspot.com
Karyawan (ilustrasi)
Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meskipun muncul pola kerja baru akibat pandemi Covid-19, dalam hal keseimbangan otoritas di tempat kerja, responden di Asia Tenggara memandang perusahaan masih memiliki pengaruh dan kendali yang lebih besar dibandingkan karyawan terkait berbagai isu. Seperti, penghargaan kerja, retensi, dan cara kerja. 

Baca Juga

Sebelum pandemi, 48 persem responden di Indonesia (Asia Tenggara 55 persen) setuju bahwa keseimbangan otoritas di tempat kerja menguntungkan perusahaan. Angka ini naik sedikit menjadi 50 persen pada 2022 dan turun lagi menjadi 48 persen saat ini.

Hal ini menunjukkan bahwa lebih sedikit responden di Indonesia dan Asia Tenggara yang percaya bahwa perusahaan mempunyai pengaruh yang lebih besar di tempat kerja saat ini dibandingkan sebelum pandemi terjadi.

EY Indonesia Consulting Partner, Lusi Lubis, mengatakan, untuk lebih memahami ekspektasi karyawan di tengah ketidakpastian ekonomi, perusahaan perlu semakin rutin menjalin komunikasi terbuka. "Dengan komunikasi, karyawan merasa nyaman mengungkapkan kekhawatiran mereka terhadap perusahaan dan karier profesional mereka," kata Lusi melalui keterangan tulis dikutip Senin (1/1/2024).

Disrupsi yang terjadi selama bertahun-tahun menyebabkan perusahaan dan karyawan memiliki perspektif yang berbeda dalam hal prioritas, tekanan, dan prospek. Sejumlah besar karyawan membutuhkan nominal remunerasi yang lebih baik di tengah tingginya inflasi dan biaya hidup. Hal tersebut demi mewujudkan kesejahteraan yang lebih baik dan agar dapat memiliki keterampilan tambahan yang menunjang keberhasilan di tengah dunia kerja yang dinamis.

Menurut EY 2023 Work Reimagined Survey terbaru, 46 persen karyawan Indonesia kemungkinan akan berhenti dari perusahaan di mana mereka bekerja dalam 12 bulan ke depan, dengan alasan utama yaitu program kesejahteraan dan peningkatan karier. Mempertimbangkan fakta ini, para pemimpin perusahaan harus menyadari bahwa mereka kemungkinan besar akan kehilangan karyawan terbaiknya dalam waktu dekat.

"Oleh karena itu, pemimpin harus mampu mengambil tindakan yang memungkinkan organisasi memperoleh manfaat dari kemajuan teknologi terkini, sambil mempertahankan budaya organisasi yang tangkas, tangguh, dan berorientasi pada kepentingan karyawan," ungkap Lusi.

Lusi menambahkan, salah satu hal terpenting adalah menciptakan lingkungan kerja yang positif dan memotivasi, sehingga dapat mengembangkan budaya kerja di mana karyawan merasa dihargai, didukung, dan terinspirasi untuk melakukan yang terbaik. Selain itu, perusahaan tidak boleh meremehkan pentingnya kepercayaan dan empati demi mencapai hasil yang lebih baik.

 

Lanjutkan membaca >>>

Berdiskusi dengan karyawan, memastikan kepemimpinan yang transparan, dan membagikan informasi tentang langkah-langkah yang diambil perusahaan untuk menjamin kesejahteraan karyawan adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membangun kepercayaan karyawan sehingga dapat beralih dari pola pikir "saya" menjadi "kita" yaitu diciptakan bersama.

Di sisi lain, terdapat 33 persen karyawan Indonesia yang menyebutkan kenaikan kompensasi dan sistem remunerasi sebagai perhatian utama mereka saat ini. Kemudian diikuti dengan isu tentang keadilan dan kesetaraan sebesar 31 persen, dan cara perusahaan mempertahankan karyawan sebesar 26 persen.

Lusi mengatakan, untuk menyeimbangkan kebutuhan bisnis dan employee engagement terhadap perusahaan, organisasi harus memprioritaskan komunikasi mengenai nominal kompensasi dan remunerasi yang transparan. Perusahaan juga harus memastikan karyawan sudah menerima haknya secara adil dan kompetitif.

"Karena kompensasi dan tunjangan bukan hanya persoalan gaji bulanan. Memastikan kompensasi mencapai tingkatan tertentu dan menerapkan kebijakan pemberian benefit non-moneter seperti fleksibilitas kerja, keseimbangan kehidupan kerja, dan program penghargaan kerja juga akan mendorong budaya kerja yang positif," ungkap Lusi.

 

 
Berita Terpopuler