Jangan Lakukan Ini Ketika Berkunjung ke Saba Budaya Badui

Diperkirakan ada 3.000-4.000 orang yang berkunjung ke Badui saat libur tahun baru.

Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Wisatawan mengamati pernak-pernik yang dijual warga Suku Baduy Luar di Kampung Kaduketug, Lebak, Banten, Ahad (2/1/2022). Lembaga Adat Baduy mengenalkan istilah Saba Budaya Baduy sebagai ajang silaturahim serta belajar mengenal budaya Suku Baduy bagi wisatawan yang berkunjung.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Ada aturan khusus yang perlu diketahui pengunjung ketika bertandang ke Saba Budaya Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten. Daerah ini menjadi salah satu destinasi wisata yang dapat dikunjungi pada masa liburan Tahun Baru 2024.
 
"Kami berharap semua pengunjung yang menikmati panorama alam kawasan pemukiman Badui bisa menjaga kelestarian hutan dan alam," kata Tetua Adat yang juga Kepala Desa Kanekes Kabupaten Lebak Jaro Saija di Lebak, Rabu (27/12/2023).
 
Peraturan larangan itu di antaranya tidak membuang sampah sembarangan dan memotong pepohonan yang bisa menimbulkan kerusakan ekosistem lingkungan alam di kawasan pemukiman masyarakat Badui. Tanah hak ulayat Badui memiliki luas 5.200 hektare dengan 3.200 hektare di antaranya merupakan kawasan hutan dan 2000 hektare pemukiman serta lahan pertanian ladang.

Baca Juga

Wisatawan mengamati pernak-pernik yang dijual warga Suku Badui Luar di Kampung Kaduketug, Lebak, Banten, Ahad (2/1/2022). Lembaga Adat Badui mengenalkan istilah Saba Budaya Badui sebagai ajang silaturahim serta belajar mengenal budaya Suku Badui bagi wisatawan yang berkunjung. - (Antara/Muhammad Bagus Khoirunas)


Selama ini, area tersebut terjaga kelestariannya. Para pengunjung Saba Budaya Badui pun diserukan mematuhi aturan tersebut, sebab masyarakat Badui memiliki kewajiban untuk menjaga dan melestarikan hutan dan alam sebagai titipan leluhur yang harus dilaksanakan.
 
"Kami berharap para pengunjung Saba Budaya Badui pada pergantian Tahun Baru yang  diperkirakan mencapai 3.000-4.000 orang dapat mematuhi aturan larangan itu," kata Jaro.

Menurut Jaro, masyarakat Badui sudah menyediakan tong sampah atau penampung sampah agar pengunjung dapat memanfaatkan tempat tersebut. Penyediaan penampung sampah terdapat di kawasan pemukiman masyarakat Badui maupun di jalur lintasan ke jembatan Gajeboh.

Saat ini , pengunjung Saba Budaya Badui dari berbagai daerah di Tanah Air banyak yang mengunjungi jembatan Gajeboh yang unik karena menggunakan tali ijuk dari pohon aren sebagai pengikat kayunya.

Bahkan, jembatan itu bisa dilintasi 30-35 orang tanpa putus. Selain itu, menuju jembatan Gajeboh dari Kampung Kadu Ketug atau pintu pertama masuk ke kawasan Badui sepanjang 2 kilometer, pengunjung akan berhadapan dengan kondisi medan perbukitan dan curam terjal.

"Kami minta pengunjung yang ke jembatan Gajeboh juga mematuhi aturan dengan tidak membuang sampah dan berenang di aliran Sungai Cisimeut," katanya.
 
Sementara itu, Sarjono (50 tahun), wisatawan asal Yogyakarta mengaku senang mengunjungi Saba Budaya Badui karena alamnya cukup hijau dan lestari. Begitu juga topografi kawasan Badui, pegunungan, perbukitan yang terjal curam yang ekstrem.
 
"Kami bersama keluarga mendatangi jembatan Gajeboh dengan jalan kaki dan kondisi medannya perbukitan serta terjal curam, sangat melelahkan, padahal jaraknya hanya sekitar dua kilometer," katanya.

 
Berita Terpopuler